Jumat 08 Aug 2014 17:42 WIB

Omzet Penjahit Bendera Merah Putih di Aceh Meningkat

Penjahit menyelesaikan pesanan bendera merah putih di Blok V Pasar Senen, Jakarta
Foto: Republika/Yasin Habibi
Penjahit menyelesaikan pesanan bendera merah putih di Blok V Pasar Senen, Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Omzet penjahit bendera merah putih di Kota Banda Aceh meningkat menyusul semakin banyaknya permintaan masyarakat menjelang peringatan HUT Proklamasi ke 69 RI, 17 Agustus 2014. Abdullah Ali, penjahit bendera di Pasar Atjeh, Banda Aceh, Jumat, mengatakan, permintaan bendera sejak dua minggu terakhir menjelang hari kemerdekaan meningkat.

"Ada peningkatan pembelian bendera merah putih dua hingga empat kali lipat dari hari biasa. Peningkatan seperti ini terjadi di akhir Juli hingga pertengahan Agustus ini. Dan itu terjadi setiap tahun," ungkap Abdullah Ali.

Lelaki berusia 77 tahun itu menyebutkan, omzet bendera yang dibuatnya bisa laku 20 hingga 30 lembar setiap hari dengan harga berkisar Rp25 ribu hingga Rp50 ribu/helai. Kalau hari biasa, kata warga Gampong Peuniti, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, paling banyak laku lima hingga sepuluh lembar atau helai setiap harinya. Bahkan, ada yang tidak laku dalam sehari.

"Jelang hari kemerdekaan ini yang banyak membeli instansi pemerintah maupun sekolah. Ada juga konsumen rumah tangga meski mereka tidak begitu banyak," ungkap Abdullah Ali.

Selain jelang hari kemerdekaan, kata Abdullah Ali yang menjahit bendera merah putih sejak 1971 ini, peningkatan penjualan bendera merah putih terjadi di setiap usai terjadinya angin kencang. "Kalau usai angin kencang omzet bendera juga banyak. Biasanya yang beli bendera merah putih ini sekolah-sekolah. Mungkin, banyak bendera rusak diterjang angin kencang. Kalau rumah tangga, jarang," kata Abdullah Ali.

Selama bekerja sebagai penjahit bendera, Abdullah Ali mengaku tidak pernah mendapat bantuan modal usaha dari pemerintah. Padahal, sebagai pelaku ekonomi mikro, ia berharap ada sentuhan dari pemerintah. "Kami masyarakat kecil ini berharap ada bantuan modal usaha dari pemerintah. Saya sejak tahun 1971 sudah menjahit dan menjual bendera merah putih," kata dia.

"Bahkan, ketika konflik pun saya tetap berani menjahit bendera merah putih, tetapi hingga kini tidak pernah mendapat bantuan modal usaha dari pemerintah," pungkas Abdullah Ali.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement