REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Bahasa Kemendikbud Mahsun mengatakan, terdapat tiga elemen yang sering digunakan untuk membangun bangsa antara lain kesamaan ras, kesamaan agama, dan kesamaan bahasa. Amerika dan Australia misalnya, membangun negara berdasarkan kesamaan ras.
"Ini terlihat dari suku Indian di Amerika yang dipinggirkan, begitu pula suku aborigin di Australia,"ujarnya di Sentul, Jumat, (8/8). Banyak negara, kata Mahsun, yang dibangun atas kesamaan negara. Contoh Republik Islam Iran.
Indonesia, ujar Mahsun, tidak mungkin membangun negara dengan kesamaan agama. Sebab di Indonesia terdapat setidaknya enam agama. Di Indonesia, terang Mahsun, terdapat 594 etnis. Sedangkan jumlah bahasa lokal di Indonesia mencapai 524 di antaranya bahasa jawa, batak, sasak, bali.
Makanya, ujar Mahsun, untuk menyatukan seluruh bangsa Indonesia, negara dibangun berdasarkan kesamaan bahasa yaitu bahasa Indonesia. Ketika para pendiri negara melakukan Sumpah Pemuda, maka bahasa melayu dipaksakan menjadi bahasa Indonesia dan terus dikembangkan.
Pada zaman kolonial, terang Mahsun, bahasa melayu hanya dipakai oleh satu juta penduduk. Padahal bahasa jawa dipakai oleh berjuta-juta penduduk, mengapa tidak bahasa jawa saja yang digunakan sebagai bahasa resmi negara.
Ternyata, ujar Mahsun, bahasa melayu walau sedikit yang menggunakannya namun tersebar di berbagai wilayah di Indonesia seperti di Jawa, Bali, Lombok, NTT, Ambon, Maluku, Sumatra, juga Kalimantan. "Sedangkanya bahasa jawa meskipun banyak yang menggunakannya, hanya terkonsentrasi di pulau Jawa,"ujarnya.
Dari cakupan wilayah, kata Mahsun, melayu lebih representatif untuk mewakili seluruh bangsa Indonesia dibandingkan bahasa jawa. Selain itu bahasa melayu juga dinilai memiliki semangat pembebasan, anti kolonialisme, berbeda dengan bahasa jawa yang dinilai punya nilai feodalisme yang tinggi karena ada bahasa ngoko dan kromo.n dyah ratna meta novia