REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI--Adanya kebijakan pemerintah yang menghilangkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berada di dalam tol menyebabkan turunnya omzet pengusaha SPBU hingga 100 persen.
Kebijakan tersebut dirasa berat oleh Ryan Ramdani, selaku Pengawas SPBU di KM 125 Tol Purbaleunyi, Cimahi karena harus kehilangan pasokan BBM bersubsidi sebanyak 24 hingga 48 ton.
"Biasanya dalam sehari pasokan untuk premium berkisar 24 hingga 48 ton, tai sekarang kosong, tidak ada," kata dia.
Petugas SPBU pun lebih banyak duduk santai menunggu pembeli, padahal biasanya SPBU tersebut ramai dikunjungi. Bahkan, diakui Ryan tak sedikit pengguna jalan tol yang datang ke SPBU lalu berputar kembali ke jalan tol.
"Mereka hanya datang dan menanyakan premium tapi setelah itu tidak jadi membeli dan kembali lagi ke jalan," ujarnya.
Saadi, salah satu pengguna jalan Tol mengaku keberatan bila harus beralih ke BBM non subsidi. Hal itu dikarenakan harga yang terlampau jauh dengan BBM bersubsidi.
"Setiap hari saya selalu lewat tol dan kalau seperti ini terus saya bisa rugi kalau harus pakai pertamax," ujar dia, Kamis (7/8).
Harga BBM bersubsidi Rp 6.500 sedangkan BBM non subsidi seperti Pertamax mencapai dua kali lipatnya, yakni sebesar Rp 11.900 dan Rp 13.200 untuk Pertamax plus.
Oleh sebab itu, untuk mensiasatinya dia lebih memilih untuk mengisi bahan bakar kendaraannya secara penuh di SPBU yang berada di luar tol.