REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan bergaya orasi Prabowo Subianto di depan Mahkamah Konstitusi (MK) mengundang komentar para pemerhati politik. Pengamat politik senior, Arbi Sanit, menganggap pernyataan Prabowo bagian dari strategi politik.
"Strategi yang ditempuh Prabowo itu bertingkat-tingkat. Menuju pemilu dia meningkatkan elektabilitas, setelah tahu gagal, dia mendelegitimasi pemilu, lalu mendelegitimasi KPU, lalu kini mulai menghebuskan angin mendelegitimasi MK," ujar Arbi kepada Republika Online, Rabu (6/8).
Menurut Arbi, sejak dinyatakan kalah oleh KPU, Prabowo sebenarnya tidak terlalu mengharapkan kemenangan di jalur hukum karena tahu itu hal yang berat.
"Dengan pernyataannya yang selalu provokatif, dia ingin meyakinkan pendukungnya bahwa dia dikalahkan dengan cara dicurangi, lalu membuat pendukungnya marah," kara Arbi.
Setelah itu, menurut Arbi, akan timbul suatu gerakan masyarakat menolak keputusan MK. "Lalu terjadilah kekacauan massal," kata dia.
Kekacauan tersebut, menurut Arbi, bisa menghadirkan kondisi kosong kekuasaan. "Bisa vacuum of power, pemerintah yang lama selesai, yang baru didelegitimasi," ujar dia.
Jika terjadi kondisi tersebut, menurut Arbi, rawan terjadi pengambilalihan kekuasaan dengan cara yang inkonstitusional. Meski demikian, Arbi melihat pemerintah dan aparat keamanan masih bekerja dengan baik menjaga kelancaran pilpres hingga hari ini.