REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akuratnya hasil hitung sejumlah lembaga di Tanah Air, kembali memperlihatkan bahwa hitung cepat merupakan instrumen penting untuk mengawal hasil pemilu. Meskipun hasil hitung cepat bukanlah hasil penghitungan suara yang resmi, namun jika hasil pemilu bertolak belakang dengan hitung cepat yang kredibel, patut dicurigai ada permainan dalam penghitungan suara.
Di berbagai negara, hitung cepat ini berhasil mengoreksi kecurangan hasil pemilu. Seperti yang terjadi di Filipina ketika Namfrel menelanjangi kecurangan pemilu yang dilakukan rezim Marcos. Koreksi hasil penghitungan suara yang dilakukan Namfrel ini, turut memicu bangkitnya people power untuk menumbangkan diktator Marcos.
ACE Electoral Knowledge dalam Quick Count of Voting Result menyatakan quick count telah menjadi instrumen penga wasan pemilu. Selain telah berhasil men cegah manipulasi hasil pemilu di Filipina, ACE menyatakan quick count juga mencegah manipulasi hasil pemilu di Panama dan berbagai negara lainnya.
Di Indonesia, quick count mulai diterapkan pada Pemilu 2004 silam. Yang pertama memulainya adalah LP3ES. Tapi, berbeda dengan hitung cepat di Filipina yang merupakan penghitungan parallel hasil pemilu, hitung cepat di Indonesia menggunakan metode survei alias hanya mengambil sampel tertentu saja. Meski demikian, hasil prediksi LP3ES terhadap hasil pileg 2004 silam, hanya berselisih 0,15 dibanding hasil penghitungan manual.