REPUBLIKA.CO.ID, Ciamis -- Keberadaan Jalan Raya Jahim sangat berguna bagi petani sayuran desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis. Sebab jalur penghubung antara Majalengka dengan Ciamis itu, sering digunakan sebagai jalur perdagangan.
Para petani sayuran dari, Ciamis, Tasikmalaya sering menjual hasil bumi ke wilayah Utara Jawa Barat melalui jalur Jahim itu. Namun, saat ini kondisi jalan raya tersebut rusak parah. Sehingga hal ini, membuat petani tidak lagi mudah menjual hasil panennya ke wilayah Pantai Utara. (Pantura).
"Kalau kondisi jalannya seperti ini, sulit untuk menjual hasil panen ke Majalengka, Cirebon, dan Indramayu. Selain itu motor cepat rusak dan jarak tempuh jadi lama," keluh Ajat Sudrajat (54 tahun), salah satu petani asal desa Cibeureum, Senin (4/8) siang.
Menurut Ajat kerusakan ini sudah berlangsung satu tahun lebih. Hingga saat ini jalan sutra itu kerusakannya semakin parah, lantaran tak kunjung diperbaiki.
Kerusakan jalur yang melintasi bukit-bukit tersebut, berdampak buruk bagi para petani. Ajat mengaku selama satu bulan saja dia harus membawa motornya ke bengkel lebih dari satu kali. Bahkan Konsumsi bahan bakar kendaraannya lebih boros.
Di samping itu sebelumnya Jalan Raya lintas Kabupaten ini mengalami kerusakan. Jarak tempuh dari Cibeureum sampai Maniis, di Kabupaten Majalengka, tidak kurang dari satu jam. Kini dengan kondisi seperti itu, Ajat harus memakan waktu tiga jam lebih untuk sampai ke Pasar di Cirebon.
Walaupun kondisi Jalan Jahim rusak, berkelok, dan curam. Namun, Ajat beserta petani Cibeureum lainnya tetap memasarkan hasil bumi ke Pantura. Sebab menurutnya pasar di Pantura lebih potensial ketimbang di Bandung. "Dari dulu saya jual ke Cirebon dan Majalengka," ujar petani kol itu.
Ajat berharap pemerintah kedua kabupaten tersebut lebih memperhatikan lagi insfratruktur di perbatasan. Bagaimanapun juga kata Ajat, wilayah dipinggiran membutuhkan infrastruktur yang baik, untuk menunjang perekonomian daerah.
Hal senada juga diungkapkan oleh Murfiah (38) warga Panjalu, Ciamis. Murfiah mengaku selalu was-was jika melintasi Jalan Raya Jahim. "Seharusnya pemerintah lebih peka terhadap fasiltas di perbatasan" kata pedagang Pasar Cikijing asal Panjalu itu.
Di samping itu kondisi jalan yang rusak menyebabkan pengendara baik sepeda motor maupun roda empat tidak berani melintas. Sebab selain rusak, jalur penghubung wilayah utara dan selatan Jawa Barat itu tidak ada penerangan.
"Kalau malam hari hanya mengandalkan sinar rembulan saja. Saya sendiri kalau pulang sore lebih bail nginep di masjid di desa Maniis, jelas ibu dua anak itu.
Dengan itu Murfiah mengharap pemerintah turun tangan untuk segera memperbaiki jalan yang melintasi bukit-bukit itu. Setidaknya menyediakan lampu penerangan di beberapa tanjakan curam.