Jumat 25 Jul 2014 22:00 WIB

Di Tahun Politik, Kebutuhan Masyarakat akan Berita Tinggi

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
 Prabowo Subianto berpelukan dengan Jusuf Kalla di dampingi oleh masing-masing pasangan capres dan cawapres jelang debat capres putaran final di Jakarta, Sabtu (5/7).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Prabowo Subianto berpelukan dengan Jusuf Kalla di dampingi oleh masing-masing pasangan capres dan cawapres jelang debat capres putaran final di Jakarta, Sabtu (5/7).

RUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun politik menjadi momentum positif bagi bisnis media massa. Kebutuhan akan media massa semakin meningkat tajam sehingga memancing pelaku bisnis memasang iklan untuk mendapatkan sentimen positif.

Wakil Ketua Kamar Dagang Industri (Kadin), Anindya N Bakrie, menyatakan panjangnya tahun politik seperti sekarang akan bertahan sampai Oktober. Kemudian disusul pergantian pemerintahan, pengumuman kabinet baru, kinerja pemerintah dalam 100 hari pertama, dan mulainya Pasar ASEAN.

Semua ini adalah gambaran masyarakat terkait kebutuhan akan berita yang semakin tinggi.Presdir PT Visi Media Asia (VIVA) ini mengimbau pelaku bisnis untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Semua pelaku bisnis diharapkannya dapat memanfaatkan situasi ini untuk meningkatkan keuntungan.

"Kami selaku pebisnis media diuntungkan dengan kondisi tersebut," tutur Anindya, di Jakarta, Jumat (25/7).

Anin mencontohkan TV One dan ANTV yang mampu mendorong pendapatan melaju hingga senilai Rp1,06 triliun. Selama Semester I 2014 berhasil meraih laba bersih sebesar Rp 84,32 miliar, melonjak 202,5% dibandingkan periode sama tahun 2013.

Selama periode ini, pendapatan VIVA mencapai Rp1,06 triliun, tumbuh 46,7% daripada periode sama 2013 sebesar Rp 721,77 miliar. EBITDA perseroan naik 52,8% menjadi Rp 353,02 miliar.Terkait dengan fluktuasi yang terjadi pada saham VIVA di Bursa Efek Indonesia beberapa waktu lalu, hal itu tidak berkaitan dengan kinerja dan prospek bisnis perseroan.

"Fluktuasi harga saham di bursa sesungguhnya hal yang biasa. Kami tidak bisa mengontrol pergerakan saham karena hal itu di luar kontrol perusahaan Tetapi kami yakin dengan fundamental yang solid dan strategi bisnis yang kuat, investor yang rasional akan melakukan keputusan investasi yang lebih baik," ujar Anindya.

Pada penutupan perdagangan Kamis (24/7) harga saham VIVA melesat 9,57% ke level harga Rp 229 per saham.Analis pasar Modal dari Trust Securities Reza Priyambada menjelaskan adanya hasil Quick Count Pemilihan Presiden yang berbeda dari media lainnya membuat persepsi pelaku pasar terhadap VIVA menjadi negatif.

"Share penonton berkurang dan dapat mengurangi pendapatan," imbuhnya.Namun demikian, dia mengatakan tingkat kesehatan keuangan VIVA di tahun 2013 rata-rata berada pada level yang dinilai baik. Beberapa rasio yang menggambarkan kesehatan kinerja keuangan, terutama bila dikaitkan dengan utang yang dimiliki VIVA masih dapat dikategorikan baik dan tidak sampai dinilai sangat memberatkan operasional VIVA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement