REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Kelompok usaha mikro, kecil dan menengah di Desa Sesaot, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, membutuhkan pelatihan pengolahan buah matang karena daerah yang berada di pinggir kawasan hutan itu memiliki potensi.
"Alhamdulillah di sini memang potensi produk olahan hasil hutan bukan kayu (HHBK) melimpah, termasuk buah matang, seperti pepaya dan durian. Cuma kendalanya belum bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi," kata Kepala Desa Sesaot, Yuni Hari Seni, di Lombok Barat, Rabu.
Ia menyebutkan, ada delapan kelompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang sudah memproduksi berbagai aneka produk olahan berbahan baku hasil pertanian. Produk industri rumahan tersebut sudah dipasarkan di pasar moderen yang ada di Kota Mataram.
Namun, kata dia, para kelompok UMKM tersebut masih menginginkan agar ada perhatian pemerintah terkait dengan pelatihan pengolahan buah matang, seperti papaya dan durian yang persediaannya cukup melimpah pada saat musim panen raya.
Selain itu, para pelaku usaha ekonomi produktif itu juga menginginkan agar ada semacam sarana penjualan khusus untuk produk UMKM Desa Sesaot, karena desa ini sering dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
"Produk olahan itu diproduksi di dalam rumah-rumah penduduk, kalau ada tamu yang ingin berkunjung kurang enak rasanya kalau kami mengajak mereka ke pemukiman. Makanya perlu ada semacam sarana penjualan yang representatif," ujar Yuni.
Keinginan kelompok UMKM di desanya memiliki sarana penjualan khusus, kata dia, agar bisa seperti daerah lain. Misalnya, Desa Suranadi atau Desa Adat Sade, di Kabupaten Lombok Tengah, yang mempromosikan produk unggulan daerahnya.
"Mungkin di daerah lain sudah ada produk serupa dengan yang dihasilkan di Sesaot, tetapi mungkin kami memiliki ciri khas tersendiri," ucapnya.
Salah satu upaya untuk mewujudkan keinginan para pelaku UMKM, kata Yuni, adalah dengan menghidupkan kembali badan usaha milik desa (Bumdes) berupa warung serba ada (Waserda). Sarana itu nantinya akan dimanfaatkan untuk memajang berbagai produk olahan yang dihasilkan.
Koordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) juga tetap dilakukan agar bisa memfasilitasi pelatihan pengolahan produk buah matang.
"Disperindag sudah sering memberikan kami bantuan. Cuma satu yang belum pernah, yakni pengolahan buah matang karena potensi di desa ini cukup besar," kata Yuni.
Sementara itu, Kepala Disperindag Lombok Barat H Poniman, mengatakan pihaknya akan mengupayakan pelatihan pengolahan buah matang tersebut jika kelompok UMKM menginginkannya.
"Kami siap fasilitasi karena setiap tahun ada program dari Kementerian Perindustrian yang terkait dengan industri rumah tangga," katanya.