REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh pendidikan pendiri Universitas Paramadina, Utomo Dananjaya meninggal dalam usia 78 tahun.
Melalui kabar yang tersebar di jejaring sosial Twitter, Utomo mengembuskan napas terakhir pada Selasa (22/7) dini hari pukul 00.40 WIB. Utomo diketahui menderita sakit stroke.
Selama hidupnya, Utomo dikenal sebagai tokoh pemikir keislaman di Indonesia. Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan, mengenal Utomo Dananjaya sebagai sosok pendidik yang mencerahkan dan menginspirasi.
"Indonesia kehilangan seorang pejuang pendidikan. Ia (Utomo) hibahkan waktu, pikiran, tenaga dan segala daya untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Ia amat egaliter, menghargai dan menghormati anak didiknya," kata Anies saat dihubungi Republika, Selasa (22/7) pagi.
Utomo, kata Anis, adalah pendidik yang hebat yang telah melahirkan begitu banyak pejuang pendidikan baru yang akan meneruskan perjuangannya.
"Meski pun usia hidupnya di dunia ini telah selesai, tapi jejak perannya dan dampak kehadirannya masih akan terus terasa di dunia pendidikan di Indonesia," jelas Anies.
Anies mengenang Utomo sebagai sosok yang penuh semangat dalam hal apa pun. Meski pun tahun ini Utomo menderita stroke, hal itu tidak mematahkan semangatnya.
"Semangat kerja dan semangat berbuat itu tak pernah turun. Almarhum tetap menulis artikel, tetap membaca. Dia adalah teladan bagi kita," kata Anies.
Utomo lahir di Kuningan, Jawa Barat, pada 6 Februari 1936. Dia merupakan sahabat cendikiawan muslim, Nurcolis Madjid (Cak Nur) dalam gerakan keislaman pada 1970-an.
Semasa hidupnya, Utomo pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) pada periode 1967-1969. Bersama Cak Nur, dia mendirikan Universitas Paramadina dan pernah menjabat sebagai Direktur Institute for Education Reform Universitas Paramadina.
Jenazah akan disemayamkan dari rumah duka di kediamannya Jl Bukit Raya 4 No 39 Perumahan Bukit Sariwangi, Parongpong, Bandung Barat. Kemudian dimakamkan di TPU Cikutra, Bandung.