Kamis 17 Jul 2014 15:32 WIB

IPW: Polisi tak Perlu Gubris Keberatan Tiga Kedubes Asing

 Staf konsultan pendidikan JIS Neil Bentlemen (kanan) dan asisten guru kelas satu SD Ferdinand Tjiong (kiri) saat memenuhi panggilan petugas kepolisian untuk menjalani pemeriksaan terkait kasus kekerasan seksual di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (14/7).
Staf konsultan pendidikan JIS Neil Bentlemen (kanan) dan asisten guru kelas satu SD Ferdinand Tjiong (kiri) saat memenuhi panggilan petugas kepolisian untuk menjalani pemeriksaan terkait kasus kekerasan seksual di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (14/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan polisi tidak perlu menggubris keberatan tiga kedutaan besar asing pendiri Jakarta International School (JIS) atas penahanan dua guru sekolah tersebut. "Keberatan tiga kedubes itu wajar karena para pengajar itu warga negara mereka. Namun, polisi harus bekerja profesional dan proporsional, tidak perlu takut dengan ketiga negara itu," kata Neta S Pane dihubungi di Jakarta, Kamis (17/7).

Neta mengatakan merupakan hal yang wajar bila Kedutaan Besar Amerika Serikat, Inggris dan Australia keberatan dan bertanya secara detail terhadap langkah polisi menangkap dua pengajar di JIS. Namun, Neta juga mengatakan bahwa polisi telah menyatakan bahwa mereka harus profesional dan proporsional dalam mengusut kasus di JIS dan siapa pun yang bersalah harus diperiksa dan dihukum.

"Apa yang dilakukan polisi dengan menahan dua guru JIS adalah langkah yang tepat meskipun terlambat. Polisi tidak perlu takut menangkap guru yang merupakan warga negara asing," tuturnya.

Menurut Neta, di negara asal kedutaan besar pendiri JIS itu, kejahatan fedofilia juga mendapat perhatian serius dan pelakunya dihukum berat. Karena itu, tidak ada alasan polisi takut dengan ketiga negara tersebut karena bila di negara tersebut terjadi kejahatan serupa, sistem hukumnya juga akan memberikan hukuman yang berat.

Sebelumnya, penyidik Polda Metro Jaya telah menangkap dua guru JIS yaitu Neil Bantleman (Kanada) dan Ferdinant Tjiong (Indonesia) pada Senin (14/7) malam.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement