Kamis 17 Jul 2014 14:33 WIB

Isu Kesejahteraan Hanya Alibi Gerakan Terorisme

Rep: c60/ Red: Muhammad Hafil
Tim Penanggulangan Teror dari Yonif 751/BS menangani gangguan terorisme ketika melakukan simulasi pada perayaan HUT Ke-67 TNI di Lapangan Bumi Perkemahan, Waena, Jayapura, Papua, Jumat (5/10)
Foto: Antara
Tim Penanggulangan Teror dari Yonif 751/BS menangani gangguan terorisme ketika melakukan simulasi pada perayaan HUT Ke-67 TNI di Lapangan Bumi Perkemahan, Waena, Jayapura, Papua, Jumat (5/10)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana kesenjangan masayarakat yang dikatakan menjadi alasan lahirnya gerakan terorisme dibantah oleh kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris, Ansyaad Mbai. Ansyaad menyatakan, alasan kesenjangan sosial dan kesejahteraan hanya alibi yang dibuat-buat untuk membenarkan gerakan terorisme di mata publik.

Menurut Ansyaad, kemiskinan tidak serta merta melahirkan keinginan untuk melakukan aksi teror. “Justeru kemiskinan dapat menjadikan sesorang lebih taat beribadah,” ujar Ansyaad saat ditemui di kantornya, Menteng Jakarta Pusat, Kamis (17/7).

Kemiskinan yang selalu bergandengan erat dengan pengangguran kerap dijadikan pembenaran akan lahirnya aksi terorisme. “Justeru sebaliknya, teroris seperti M Nurdin Top dan Dr. Azhari lahir dari kalangan yang bekecukupan dan berpendidikan,” tambah Ansyaad.

Namun demikian, rasa ketidakadilan yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama diorganisir oleh beberapa kelompok tertentu. Kelompok tersebut kata Ansyaad menjadikan kesenjangan sebagai komoditi untuk memasukkan nilai kebencian yang dapat berujung kepada tindakan terorisme.

 

Lebih dari itu, kelompok garis keras pada akhirmya mencari dan memutar balikkan dalil agama untuk dijadikan pembenar dari tidakan teror yang dilakukan. “Mereka hanya memaparkan dalil agama sebagian dan menutupi sebagian lainnya. Itu merekan lakukan dalam rangka memanfaatkan agama untuk kepentingan mereka semata.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement