REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Suswono mengatakan banyak petani cabai pada umumnya "menjerit" karena labilnya harga cabai yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti cuaca.
"Banyak petani 'menjerit' akibat harga cabai yang sangat fluktuatif," kata Suswono, di Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet, Cianjur, Jawa Barat, Selasa (15/7).
Dia mencontohkan para petani yang tergabung dalam Gapoktan Multi Tani Jayagiri mengalami kerugian akibat harga jual yang lebih kecil dari biaya produksi.
"Terakhir di sini harga jual cabai keriting sampai Rp3 ribu padahal BEP (break even point/titik impas) bisa sampai Rp 6 ribu. Artinya rugi karena biaya produksi lebih tinggi," kata dia.
"Tentu saja saat ini petani rugi tapi tadi kita lihat di pasar Cipanas (berjarak sekitar 30 kilometer dari Desa Cipendawa) harga cabe keriting di tingkat grosir Rp 8-9 ribu. Artinya kawasan tersebut belum terlalu jauh tapi selisih harga jualnya hampir tiga kali lipatnya."
Menteri mengatakan faktor cuaca sangat berpengaruh pada harga jual cabai. Terlebih di saat sekarang sedang berada di bulan puasa dan menjelang Idul Fitri sehingga selisih harga yang cukup besar sangat mungkin terjadi.
"Pernah cabai keriting harganya sampai Rp 40 ribu per kilonya. Tentu ini perlu diantisipasi lebih baik lagi agar fluktuasi harga tidak terlalu tajam. Salah satunya adalah dengan inovasi," kata Suswono.
Sudrajat, anggota Gapoktan Multi Tani Jayagiri mengeluhkan harga jual cabai keriting merah terlampau murah. Harapan dia adalah mendapatkan harga yang lebih baik setidaknya sedikit di atas BEP. Terlebih saat ini merupakan saat-saat puasa dan jelang lebaran. "Mendekati hari raya itu seharusnya harganya tinggi tapi ini malah turun," katanya.
Menurut dia, turunnya harga itu karena melimpahnya cabai akibat panen raya. "Karena serempak panen raya maka harga turun," kata dia.