REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah VIII mencatat laju inflasi di Sumatera Barat pada Juni 2014 masih dalam level terkendali.
"Inflasi di Sumbar masih terkendali, hal ini didukung oleh stabilnya kelompok bahan pangan bergejolak (volatile foods) dan barang diatur pemerintah (administered prices)," kata Kepala Perwakilan BI wilayah VIII, Mahdi Mahmudy di Padang, Kamis.
Dia menjelaskan, di tengah meningkatnya harga sejumlah komoditi bahan pangan seperti, daging ayam ras, telur ayam, ikan tongkol, tomat, sayuran, harga kelompok bahan pangan secara umum masih stabil akibat penurunan harga cabai merah dan bawang merah.
"Masuknya masa panen bawang merah di Pulau Jawa memberikan dampak pada menurunnya harga komoditas tersebut dengan sumbangan deflasi -0,09 persen (mtm)," katanya.
Di luar komoditas pangan lanjutnya, tidak adanya kebijakan pemerintah terkait harga cukup mempengaruhi kestabilan inflasi.
Namun demikian katanya, tekanan inflasi diperkirakan akan meningkat seiring tingginya konsumsi masyarakat pada Lebaran Idul Fitri, kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan kebijakan tuslah yang dikenakan pada sektor transportasi.
Ia menambahkan, tekanan inflasi yang tinggi berasal dari kenaikan upah tukang bukan mandor dengan sumbangan sebesar 0,24 persen (mtm), hal tersebut dipicu oleh berkurangnya tenaga kerja menjelang liburan.
Lebih lanjut dikatakannya, tekanan inflasi diperkirakan akan meningkat bersumber pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi, subkelompok transportasi serta subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air.
Pada periode menjelang Lebaran dan pada saat Lebaran akan meningkatkan konsumsi makanan masyarakat.
"Mengantisipasi tekanan inflasi tersebut, koordinasi pengendalian inflasi perlu terus diperkuat melalui forum TPID," katanya.