Selasa 08 Jul 2014 10:00 WIB

Karikatur 'Jakarta Post' Dapat Picu Kerusuhan

Karikatur Jakarta Post, edisi Kamis 3 Juli 2014.
Foto: Republika/Erik Purnama Putra
Karikatur Jakarta Post, edisi Kamis 3 Juli 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Karikatur yang dimuat Jakarta Post dianggap dapat memicu kerusuhan. Karena gambar itu dinilai telah menodai Islam. 

"Karikatur tersebut bisa memicu kerusuhan karena secara visual nyata sekali telah menodai Islam. Pada 2008 koran terkemuka di Denmark, Jyllands-Posten pernah memuat karikatur yang melecehkan Nabi Muhammad. Sontak seluruh dunia Islam murka, termasuk Indonesia," ujar pengamat media UIN Sunan Kalijaga Iswandi Syahputra dalam keterangannya, Selasa (8/7).

Ia bahkan menduga, karikatur tersebut bukan saja telah menodai Islam. Tetapi juga bermuatan politik. Mengingat, sebelumnya ada pernyataan Frans Magnis Suseno tentang bahaya Islam garis keras di kubu Prabowo Subianto.

"Gambar karikatur ini juga mengarah ke situ. Apalagi semua orang paham Jakarta Post secara terbuka telah mendukung Jokowi sebagai capres. Sangat disayangkan penodaan ini terjadi pada Ramadhan," ungkapnya.

Iswandi menduga, karikatur tersebut sengaja dimuat sebagai pesan bahaya Islam garis yang dituduhkan mendukung Prabowo sebagai capres. Bisa saja karena keberpihakan suratkabar itu kepada asing.

"Jakarta Post sepertinya sangat ketakutan jika Prabowo yang terpilih menjadi presiden. Atau bisa saja kubu Jokowi menanfaatkan dukungan Jakarta Post untuk melakukan black propaganda demi ambisinya menjadi presiden. Jadi politik pemberitaannya off side," ujarnya.

Ia menekankan, Jakarta Post tak cukup hanya dengan meminta maaf atas kekeliruan tersebut. Tetapi juga harus menjalani proses hukum. "Pelanggarannya sangat keras. Jika tidak, saya khawatir umat Islam akan marah. Apalagi ini bulan puasa dan tensi politik lagi tinggi," ungkap dia.

Sebelumnya, karikatur Jakarta Post, edisi Kamis, 3 Juli lalu menuai kecaman. Dalam di rubrik Opini yang dimuat di halaman 7, terpampang karikatur dengan gambar simbol Islam dalam ukuran yang cukup besar. Karikatur tersebut menggambarkan bendera ber-lafaz 'laa ilaha illallah' dengan logo tengkorak yang terpasang di bendera.

Lafaz tahlil tersebut juga dipadukan dengan bendera tengkorak khas bajak laut. Kemudian, tepat di tengah tengkorak, tertera tulisan 'Allah, Rasul, Muhammad'.

Gambar tersebut memuat karikatur dalam beberapa adegan. Adegan pertama menampilkan lima orang dalam posisi berlutut dengan mata tertutup kain dan tangannya terikat di belakang dalam posisi ditodong senjata.

Di belakang ke lima orang itu berdiri seorang pria berjenggot serta bersorban sambil mengacungkan senjata laras panjang ke arah mereka, seolah-olah siap melakukan eksekusi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement