REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrat akhirnya secara resmi telah memutuskan untuk mendukung pasangan Prabowo-Hatta dalam pemilihan presiden (pilpres) 9 Juli mendatang. Masuknya Demokrat di akhir-akhir masa kampanye dinilai menimbulkan potensi konflik di antara partai koalisi Merah Putih.
Sekretaris Jenderal Partai Golkar mengaku tidak iri dan tidak mempermasalahkan masuknya Partai Demokrat ke barisan koalisi Merah Putih. Meski masa kampanye hampir usai, Idrus menghargai keputusan partai yang dibidani SBY tersebut.
"Loh, mereka ikut bantu kok. Kita tidak iri, koalisi kita sangat solid, apa pun perannya kita harus menghargai semuanya," katanya saat ditemui di gedung KPU dalam laporan kekayaan capres-cawapres, Selasa (1/7).
Idrus meyakini, masuknya partai berlambang segitiga mercy itu akan meningkatkan elektabilitas Prabowo-Hatta. Beberapa lembaga survei, kata dia, menunjukkan bahwa dukungan beberapa kader Demokrat saja sangat berpengaruh terhadap peningkatan elektabilitas pasangan nomor urut satu itu.
Apalagi, lanjutnya, Ketua Harian PD Syarief Hasan menyatakan bahwa Demokrat memberikan dukungan sepenuhnya pada Prabowo-Hatta. "Kami yakin ini akan semakin meningkatkan elektabilitas Prabowo-Hatta," ujarnya.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia Maswadi Rauf mengatakan, Demokrat yang datang terlambat akan membuat cemburu partai koalisi pengusung Prabowo-Hatta. Sebab, Demokrat dianggap tidak ikut bekerja dalam pemenangan pasangan ini.
"Prabowo harus hati-hati karena yang lain bisa cemburu. Jika Prabowo-Hatta terpilih, koalisi ini rawan pecah," katanya.
Maswadi menjelaskan, dalam politik sah-sah saja bicara pembagian kekuasaan. Masuknya partai yang dibidani SBY itu ke kubu Prabowo-Hatta akan memicu kecemburuan jika ada ketidakadilan dalam pembagian kursi kekuasaan. Kalau tidak diantisipasi dengan baik, kata dia, koalisi ini rawan pecah.