REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Sidarto Danusubroto menyayangkan lambannya penanganan kasus penerbitan tabloid Obor Rakyat oleh Kepolisian RI.
"Menurut Kabareskrim panggilan ketiga sudah disampaikan, kalau tetap tidak datang maka statusnya akan ditingkatkan," kata Sidarto di Jakarta, Selasa (1/7).
Ketika dimintai tanggapannya soal Obor Rakyat yang menyudutkan capres tertentu, mantan Kepala Polda Jawa Barat itu mengingatkan jangan sampai demokrasi dibangun dengan fitnah dan kampanye hitam.
Fitnah dan kampanye hitam, katanya, dapat menjadi contoh buruk bagi kaum muda dalam memaknai demokrasi. "Nanti generasi muda akan berpikir bahwa satu-satunya jalan memenangkan demokrasi yaitu dengan kampanye hitam," kata Sidarto yang juga Ketua Dewan Kehormatan PDI Perjuangan.
Secara terpisah, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie mengatakan kasus Obor Rakyat saat ini masih kurang satu alat bukti untuk diproses secara hukum.
"Alat bukti yang kurang itu berupa pernyataan dari saksi ahli yang mengatakan Obor Rakyat itu melanggar pidana," katanya.
Apabila penyidik sudah mendapatkan keterangan dari saksi ahli dalam hal ini ahli pidana dan ahli bahasa, maka proses hukum terhadap kasus tersebut akan cepat dilakukan.
Ronny menambahkan bila penyidik telah mendapatkan dua alat bukti sesuai yang diatur KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) maka penyidik mudah menetapkan tersangka dalam kasus itu.
"Masyarakat menyerahkan kasus penerbitan itu kepada polisi untuk ditangani secara hukum dan berjalan sesuai prosedur," katanya.
Penyidik Badan Reserse Kriminal Mabes Polri telah memeriksa pimpinan Obor Rakyat Setiyardi Budiono dan Darmawan Sepriyossa pada Senin (23/6) lalu, namun Darmawan tidak kunjung datang.
Setiyardi merupakan Pemimpin Redaksi Obor Rakyat yang telah menerbitkan dua edisi dan beredar pada sejumlah pondok pesantren, serta masjid di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada masa kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014.
Edisi pertama Obor Rakyat mengangkat tema bertajuk "Capres Boneka", sedangkan edisi kedua bertemakan "1001 Topeng Pencitraan". Saat muncul "tandingan" yakni tabloid "Obor Rahmatan Lil Alamin".