Sabtu 08 Jan 2022 12:05 WIB

Tak Sesuai Semangat Demokrasi, Hindari Black Campaign

Black Campaign sebaiknya dihindari dalam praktik politik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Eksekutif Lembaga Survei Kedai Kopi Kunto Adi Wibowo menyarankan agar tidak mengunakan instrumen black campaign (kampanye hitam) untuk menjatuhkan lawan politik, pada persaingan Pilpres 2024.

Pernyataan ini disampaikan Kunto terkait dengan isu dilaporkannya politikus Partai Golkar berinisial AH oleh Rifa Handayani ke Mabes Polri. Perempuan ini melaporkan AH terkait dengan isu perselingkuhan.

Kunto mengatakan dalam politik tetap dijaga etika politiknya. Politikus agar tidak menggunakan black campaign untuk menjatuhkan lawan politiknya. Karena dalam sudut pandangnya, black campaign sangat tidak seusai dengan semangat demokrasi.

“Karena Black campaign akan merusak kemampuan pemilih untuk bisa melihat isu penting yang sebenarnya dan lebih fokus kepada isu-isu yang sebenarnya hanya diciptakan sementara untuk mengganggu reputasi seseorang,” kata Kunto.

Pengamat Politik dari Universitas Pandjajaran (Unpad) ini mengakui, isu perselingkuhan ini memang akan memiliki bisa berpengaruh pada peta politik. Termasuk akan menjadi sandungan bagi AH dalam persaingan politik di Pilpres 2024.“Tentu ini pasti akan memengaruhi politik secara keseluruhan dari pencalonanan AH. Tinggal seberapa besar isu ini akan meledak di masyarakat, dan dari survei apa akan berpengaruh terhadap elektabilitasnya,” ujar Kunto.

Kunto mengingatkan bahwa isu perselingkuhan sering bisa menjegal seseoang. Bagaimanapun isu perselingkuhan merupakan isu yang paling merusak citra dan reputasi politikus.

Terkait apakah isu ini black campaign, Kunto mengatakan jika isu itu tidak terbukti maka black campaign. Tapi kalau terbukti maka negatif campaign.

Karena isu perselingkuhan sensitif, Kunto menyarankan AH segera menyelesaikan masalah ini. Kunto melihat makin cepat masalah ini selesai, maka semakin baik. Karena bila mendekati hari-hari pilpres justru akan berdampak lebih buruk.

Hasil survei Kedai Kopi, menurut Kunto, masyarakat menginginkan pemimpin yang cerdas. Setelah itu visioner, merakyat, tegas. Masyarakat menginginkan pemimpin yang cerdas karena berharap bisa membantu mereka bisa menavigasikan Indonesia bisa segera keluar dari krisis ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement