REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau Gubernur Riau, para bupati,dan walikota untuk segera memadamkan api yang membakar hutan dan lahan di kawasan ini. Bila tidak, BNPB memperkirakan asap akan menyelimuti Singapura dan Malaysia mengingat angin dominan ke timur laut-timur.
Berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua, Rabu (25/6) pukul 07.00 WIB, hotspot di Sumatera 386 titik, dan Riau 366 titik. Artinya 95 persen hotspot berada di Riau. 366 hotspot tersebut tersebar di Rokan Hilir 221, Dumai 59, Bengkalis 57, Pelalawan 19, Inhil 3, Kuansing 3, Meranti 2, Siak 1 dan Inhu 1.
"Hotspot di Riau cenderung meningkat terus. Berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua, Rabu tanggal 25 juni pukul 07.00 WIB, hotspot di Sumatera 386 titik, dan Riau 366 titik," kata Kepala BNPB, Syamsul Maarif, Kamis (26/6).
Kepala BNPB, Syamsul Maarif, menambahkan potensi asap menuju Singapura dan Malaysia makin meningkat jika api tidak dipadamkan secara total. Ia menyebutkan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan pada Juli 2014 hujan di daerah Indragiri Hilir, Pelalawan dan Kuansi lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera.
“Pada Agustus 2104 kondisi cuaca di Riau akan lebih kering dibandingkan dengan wilayah Sumatera lainnya. Hujan berkisar kurang dari 50 mm/bulan. Lahan gambut kering akan mudah sekali terbakar,” ungkap Syamsul.
Menurut Kepala BNPB itu, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau selalu berulang dan semua faktor-faktor penyebab telah dikenali. Sementara di wilayah lain di Sumatera yang bergambut seperti Sumut, Jambi dan Sumsel bisa mengantisipasi karhutla sehingga hotspot terkendali.
“Kuncinya adalah penegakan hukum karena 99 persen penyebab karhutla adalah disengaja atau dibakar,” tegasnya.