Selasa 24 Jun 2014 20:19 WIB

50 WNI Ikut ISIS, Pengamat: Mereka Bisa Jadi Teroris

Rep: Wahyu Syahputra/ Red: Nidia Zuraya
Pencegahan Terorisme
Foto: Antara
Pencegahan Terorisme

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat teroris Mardigu Wowiek Prasantyo mengaku khawatir dengan 50 WNI yang ikut berjihad bersama ISIS. Menurut dia, kemungkinan menjadi kelompok garis keras di Indonesia sangat terbuka lebar. ''Sangat besar kemungkinan, bahkan saya mengatakan sudah pasti akan menjadi teroris,'' kata dia.

Ia menjelaskan, dahulu ketika berjihad di Afganistan merupakan rekrutan resmi untuk menghadapi Uni Sovyet, dan awalnya itu ada unsur nilai kemanusiaannya. Mereka ingin menggeser Uni Sovyet (Rusia) yang menjajah. Lalu mereka melanjutkan mengusir Amerika Serikat di Somalia.

Ia melanjutkan, kini tidak ada lagi rekrutan resmi tersebut. ''Kalau sekarang masuk ekstrimis religius, sehingga 50 orang itu berangkat secara pribadi bukan atas dasar perintah negara,'' kata dia.

Mardigu menilai, mereka ialah orang-orang garis keras, yang hanya melihat dunia dengan hitam dan putih. Ia melanjutkan, negara harus mengawasi mereka. Pasalnya, ketika mereka di sana, yang didapatkan bukan hanya keterampilan perang. ''Tapi doktrin, dan jaringan baru antar sesama ekstrimis religius. Mereka ini seperti alqaidah, hanya fokusnya saja di Iraq dan Suriah,'' kata dia.

Mardigu meminta adanya aturan pemerintah agar WNI yang tidak memiliki perintah berperang dari negara harus ditangkap sesegera mungkun. ''Apapun seperti tanpa ada perintah ikut berperang dari negera, harus ditangkap. Ini harus dilarang untuk berperang dengan keinginan pribadi. Bukan dikriminalisasi, tapi diredikalisasi,'' kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement