REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebakaran lahan dan hutan di provinsi Riau bukan sekali atau dua kali terjadi. Tahun ini pun, potensi kembali terjadi kebakaran cukup besar.
Tercatat, pada pertengahan Juni sudah ada peningkatan hotspot di Riau dari hanya 80 titik menjadi 250 titik.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengingatkan kebakaran lahan dan hutan yang terjadi di Riau selalu memiliki dampak yang tak kecil.
Sebagai contoh kebakaran di Riau selama 26 Februari 2014 hingga 4 April 2014, kerugian ekonomi mencapai Rp20 triliun, 2.398 Ha cagar biosfer terbakar, 21.914 Ha lahan terbakar, 58.000 orang terserang ISPA, sekolah diliburkan.
"Hampir 6 juta jiwa terpapar asap dan lainnya," katanya, Sabtu (21/6).
Tak hanya itu, BNPB pun telah mengeluarkan Rp 134 milyar, mengerahkan 4.931 personil gabungan, 11 helicopter dan pesawat, dan lainnya untuk mengatasi kebakaran lahan dan hutan.
Ia mengatakan sejak 4 April 2014 penanggung jawab pengendalian kebakaran lahan dan hutan di tangan Gubernur Riau.
"BNPB tetap mendampingi Pemda Riau dengan tetap melakukan operasi modifikasi cuaca dan menempatkan 3 helicopter water bombing hingga hari ini," katanya.
Kepala BNPB, Syamsul Maarif, telah memerintahkan Deputi Penanganan Darurat BNPB mengambil upaya memperkuat BPBD Riau dan provinsi lain. Kapolda Riau juga telah memerintahkan jajaran kepolisian di polres/polsek daerah Riau untuk membantu memadamkan dan memburu pada pelaku pembakaran. Mengajak Bupati/Walikota agar lebih peduli dalam penanggulangan karlahut.