Rabu 18 Jun 2014 22:51 WIB

Karya Wisata Pelajar SMA Al-Huda yang Berakhir Duka

Rep: c80/ Red: Asep K Nur Zaman
Bus Pariwisata B 7529 XB terguling di Tanjakan Emen, Ciater, Subang, Selasa (17/6).  (Foto : Septianjar Muharam)
Bus Pariwisata B 7529 XB terguling di Tanjakan Emen, Ciater, Subang, Selasa (17/6). (Foto : Septianjar Muharam)

REPUBLIKA.CO.ID,REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tidak ada yang menduga sebuah karya wisata yang seharusnya penuh keceriaan, berujung duka. Itulah yang dialami rombongan siswa SMA Al Huda Cengkareng, Jakarta Barat. Bus Pariwisata PO Destiana B 7529 XB yang membawa mereka melancong ke Kota Bandung dan hendak berlanjut ke pemandian air panas Sari Ater, Selasa (17/6) sekitar pukul 18.00 WIB, mengalami kecelakaan maut di Tanjakan Emen, Ciater, Subang, Jawa Barat.

Bus nomor dua dari empat armada rombongan SMA Al-Huda itu berjalan paling belakang. Sejak menuruni jalan dari arah Tangkuban Parahu, sopir bernama Dasril Asmara (64 tahun) kehilangan kendali. Bus yang membawa 54 penumpang yang umumnya pelajar kelas XI itu oleng, menabrak Toyota Kijang Innova T 1118 TK hingga rusak berat, mengantam tebing, dan akhirnya terguling dengan posisi telentang.

Sembilan orang tewas dalam kecelakaan maut itu. Mereka adalah Dasril (sopir), Abdul Rahman (kernet), lalu dari kalangan pelajar ada Angga Praditia Ahmad (17), Silmy Novia Astiani (17), Silvi Oktaviani (17), Febri Fitriani (17), dan Ajeng Narulita (17). Seorang guru bernama Destiana (23) dan staf TU Irwan Syahril Sabudin (23), turut juga menjadi korba meninggal. Korban lainnya mengalami luka berat 12 orang dan 25 orang luka ringan.

Saksi mata di lokasi kejadian, Yuda Patriyanto, menceritakan, kecelakaan terjadi sekitar pukul 18.00, tepat saat azan maghrib berkumandang. "Pas banget magrib. Bus oleng setelah menabrak Innova, sempat menabrak tiang listrik dan terjungkal. Kondisi bus terbalik dengan ban berada di atas. Semua penumpang sudah entah bagaimana posisinya," tuturnya.

Saat itu pertolongan datang dari pihak resort Sari Ater dengan meminjamkan ambulans perusahaan. "Saya kebetulan sedang menginap di sana. Saya bilang saja ada keluarga kecelakaan, jadi mereka langsung meminjamkan ambulans," kata Yuda.

Ketika kecelakaan berlangsung, lanjt Yuda, bus lain yang termasuk dalam rombongan SMA Al-Huda telah sampai di pemandian air panas Sari Ater. "Ada empat bus semuanya. Ketiga bus sudah sampai. Tinggal bus nomor dua ini yang di belakang, dan terkena musibah," jelasnya.

Suasana langsung berubah mencekam di Tanjakan Emen. Kemacetan panjang terjadi lantaran banyak pengendara yang turut berhenti untuk melihat kejadian. "Banyak orang cuman lihat-lihat saja," kata Yuda.

Dari keseluruhan penumpang yang mengalami kecelakaan, ada dua siswa yang relatif tidak mengalami luka berat. Keduanya langsung berinisatif menyewa ojek untuk menuju resort Sari Ater menemui rombongan lain. "Dua anak ini naik ojek menenangkan guru dan siswa lain yang sudah sampai di pemandian air panas," jelas Bambang PW, salah satu guru SMA Al Huda. 

Salah satu dari dua siswa luka ringan itu adalah Muhammad Razi. Dia hanya mengalami cedera di kepala dan tangan.

Razi terlihat begitu trauma mengingat kejadian itu. "Duh, tanyanya jangan macam-macam ya, saya masih ngeri membayangkan kejadian semalam," katanya ketika diwawancarai.

Dia selamat lantaran berdiri di lorong bus. Ketika bus terpental dan terjungkal, Razi relatif lebih siap dengan meloncat memosisikan diri untuk berdiri. Namun dia  tidak tahu benar apa penyebab kecelakaan bus yang menimpanya.

"Alhamdulillah anak saya tidak apa-apa. Cuma ya masih trauma saja," ujar Mahmudin, ayah Razi.

Dia mengaku baru tahu anaknya mengalami kecelakaan pada Rabu (18/6) pukul 02.00 dini hari. "Anak saya tidak bilang kalau kecelakaan. Habis magrib dia sempat memberi kabar kalau dia mau menginap di Subang. Tapi dia tidak bilang apa-apa lagi. Saya tahu setelah kakaknya melihat berita di televisi," ujar Mahmudin.

Kecelakaan maut yang menimpa rombongan SMA Al Huda ini menyisakan sebuah misteri. Bagaimana bisa terjadi kecelakaan? Rem blong? Atau alasan lain? Sampai saat ini pihak kepolisian masih terus melakukan penyelidikan. Kesimpulan sementara dari olah tempat kejadan perkara (TKP), adalah human error dari sang sopir yang hilang kendali. 

Ada dua hal yang menjadi fokus pemeriksaan polisi: ban yang diduga pecah dan rem blong. Namun, Yuda seagai saksi mata, tidak ditemukan bekas gesekan karet ban di aspal yang menandakan bahwa bus sempat melakukan pengereman. "Menurut saya mungkin remnya blong," ujarnya.

Namun, apapun penyebabnya, duka sudah terlanjur menyelimuti SMA Al Huda. Rabu pagi ratusan orangtua murid berkumpul di aula sekolah untuk melakukan doa bersama.

"Acara ini sesungguhnya sudah direncanakan untuk menyambut Ramadhan, namun karena ada musibah inikami arahkan untuk doa bersama bagi para korban," jelas Bambang Riyanto, Humas SMA Al Huda. Al Huda pun mendadak dirundung duka. Ratusan siswa ikut datang ke sekolah untuk mencari tahu kabar terbaru tentang teman-teman mereka. 

Rabu siang, sebuah ambulans datang memasuki halaman gedung SMA Al Huda. Ambulans tersebut berisi jenazah Irwan Syahril Sabudin yang merupakan staf TU SMA Al Huda. Dia tidak meninggal di TKP seperti delapan korban lainnya, tetapi mengembuskan napasa terakhir di RSUD Ciereng Subang pada Rabu pagi pukul 05.00, sehingga jenazah baru dapat dibawa menjelang siang.

Irwan yang masih duduk di bangku perkuliahan semester lima ini, menambah daftar korban menjadi sembilan orang. Sesampai di Al Huda, jenazahnya langsung dibawa menuju aula sekolah untuk didoakan. Tidak lama kemudian, jenazah kembali dibawa ke ambulans untuk selanjutnya dibawa ke rumah duka di Tangerang, Banten. 

Dari sembilan korban tewas, hanya jenazah Irwan yang sempat disemayamkan di sekolah untuk didoakan. Selebihnya jenazah langsung menuju rumah duka untuk kemudian langsung dimakamkan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement