REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Belakangan, AK -- korban kasus kejahatan seksual di Jakarta Internasional School (JIS) -- baru menyebut keterlibatan oknum guru sebagai pelaku. Padahal pada pemeriksaan pertama oleh polisi, AK tidak menyebutkan pengakuan itu.
Ternyata, "nyanyiannya" itu setelah menjalani konseling mendalam dan periodik dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2 TP2A) dan tim psikolog Belanda. "Setelah dilakukan konseling, dirinya agak nyaman, agak tenang. Baru semuanya bisa diceritakan. Dari situ munculnya (keterlibatan oknum guru)," ungkap Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto, Rabu (18/6).
Yang terjadi selanjutnya, munculah sejumlah nama oknum guru yang juga melakukan kejahatan seksual padanya. "AK tidak pernah diancam untuk bungkam, tapi memeriksa seorang anak kecil perlu digali, penggaliannya juga perlu teknik dan waktu," ujar Rikwanto.
Saat ditanya apakah wali kelas AK, Murphy, yang sudah diperiksa pada Selasa (17/6), masuk ke dalam empat terduga oknum guru yang menjadi pelaku? Rikwanto masih enggan mengatakannya.
"Yang itu belum kita sampaikan. Semua keterangan masih kita himpun dulu. Termasuk barang bukti yang didapat saat penggeledahan pada Jumat lalu," tuturnya. Barang bukti tersebut, diyakini penyidik ada hubungan dengan apa yang terjadi.
AK, kata Rikwanto, juga menjelaskan bagaimana proses terjadinya pelecehan seks itu serta bagaimana cara dan waktunya. Penyidik sedang menyamakan presepsi antara keterangan korban, tersangka yang sudah ada, saksi, dan barang bukti.