REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kupang memperkirakan fenomena El Nino masih berpeluang mengawali musim kemarau di Nusa Tenggara Timur dalam tahun ini, sehingga para petani harus mewaspadainya.
"Hal ini ditandai dengan masih terjadi hujan ringan hingga sedang di sejumlah wilayah dalam provinsi berbasis kepulauan ini karena suhu permukaan laut perairan Indonesia masih relatif hangat sehingga persediaan uap air di wilayah Indonesia pada umumnya cukup dan dapat menimbulkan hujan dengan intensitas tertentu," papar Kepala Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang, Juli Setiyanto, di Kupang, Ahad (15/6).
Ia mengatakan El Nino adalah gejala gangguan iklim yang diakibatkan naiknya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik, sehnigga kurang memungkinkan petani dan nelayan leluasa beraktivitas akibat cuaca yang tidak bersahabat. Hal itu katanya, mengakibatkan perubahan pola angin dan curah hujan sehingga akan terjadi kekeringan, gagal panen sampai kebakaran lahan.
Fenomena itu katanya sudah tampak pada sejumlah daerah di NTT, seperti yang sedang dialami sebagian kecil petani di Malaka, Lembata, Timor Tengah Sselatan, Timor Tengah Utara dan Sumba Timur menyebabkan para petani di daerah itu cemas akan kekurangan pangan pokok yang selalu tersedia di dalam lumbung masing-masing. Dia mengatakan, umumnya di wilayah Indonesia diprediksi el-nino lemah hingga moderat. Pada 2014, fenomena el-nino tidak separah tahun 1997 sehingga tidak akan memicu kekeringan yang lebih buruk dibandingkan tahun 1997.
Ia mengatakan bahwa el-nino diprakirakan mulai aktif antara Juli-Agustus dan mulai dirasakan dampaknya pada bulan Agustus sehingga menyebabkan mundurnya awal musim hujan 2014/2015 di sebagian wilayah Indonesia, khususnya di kawasan Indonesia Timur, termasuk di Nusa Tenggara Timur. Puncak angin timuran (dari arah timur) terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus dan terjjadi di wilayah Selatan.