REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden, Boediono menaruh perhatian khusus pada potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Ada beberapa faktor yang harus diwaspadai, terutama kemungkinan besar terjadinya fenomena el nino tahun ini.
"Dampaknya, tahun ini risiko yang kita hadapi lebih besar karena kekeringan yang lebih intens dan lebih panjang,” tutur Wapres, Kamis (12/6).
Kedua, meski puncak kekeringan belum terjadi, titik-titik panas sudah tampak di berbagai kawasan. Misalnya, menurut data Unit Kerja Presiden bidang Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan (UKP4), di wilayah provinsi Riau saja sejak Januari-Juni 2014 saja sudah terdeteksi 8.480 titik panas di kawasan pengusahaan yang berizin.
Rinciannya adalah kawasan Tambang (11 titik panas), kawasan Perkebunan (1.237 titik panas), hutan Tanaman (6.231 titik panas), hutan Alam (1.001 titik panas), dan sebaran di luar kawasan berizin tercatat (8.063 titik panas).
Ia mewanti-wanti agar kejadian serupa tidak terus menerus terulang. Yakni setiap tahun, terutama di puncak musim kemarau, Indonesia selalu sibuk mengatasi masalah kebakaran hutan. Selain menelan biaya yang sangat besar, kebakaran hutan yang tak terkendali juga membuat posisi Indonesia menjadi kikuk di mata tetangga karena asap kebakaran hutan melanglang jauh ke negeri jiran.
“Kita harus mengurangi risiko kebakaran hutan. Saya minta, seluruh jajaran pemerintah menyepakati rencana aksi untuk melakukan upaya yang lebih terkoordinasi secara baik dan efektif,” katanya.