REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cagar budaya yang ada di museum-museum masih belum mendapat perhatian yang layak. Hal ini disampaikan oleh Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar kepada Republika sesudah acara Konferensi Pers Museum Awards 2014 di Galeri Indonesia Kaya, Jumat (13/6).
Menurut Agus, masih banyak cagar budaya yang belum disimpan dan dirawat dengan benar. "Misalnya patung-patung, arca-arca kuno itu kena hujan, kena angin, panas. Di samping serambi-serambi museumnya itu," kata Agus. "Itu yang hilang, yang dipalsukan," ujarnya menambahkan.
Ia pun memaklumi masih kurangnya peran pemerintah terhadap cagar budaya yang ada di museum-museum. Masalah prioritas dan keterbatasan data menurut Agus menjadi alasannya. "SDM juga terbatas. Perguruan tinggi yang mendidik SDM di bidang budaya juga terbatas. Belum lagi dana yang juga terbatas," jelas Agus.
Agus pun berharap dengan pemberitaan mengenai budaya secara terus-terusan, bukan hanya perhatian pemerintah yang meningkat, tapi perhatian bangsa Indonesia. Apalagi seiring dengan derasnya pengaruh asing yang masuk ke Indonesia.
"Tidak hanya mempengaruhi kebudayaan secara konseptual, tapi ngambil, gitu loh. Ngambil benda-benda cagar budaya terus dibawa keluar. Itu yang harus diperhatikan," katanya.
Oleh karena itu, Agus mengatakan untuk melindungi budaya Indonesia, termasuk benda cagar budaya, tidak cukup dengan UU saja. Dibutuhkan kesadaran mental dari masyarakat Indonesia sendiri sebagai pewaris budaya.