REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratusan korban bom teroris di Indonesia tidak mendapat perhatian negara. Mereka justru mendapatkan bantuan dari asing untuk proses pemulihan berupa medis dan psikososial.
Pengamat terorisme, R Rakyan Adi Brata, menyatakan jumlah mereka sangat banyak. "Sekitar tujuh ratusan," jelasnya, di Jakarta, Kamis (12/6). Ada korban langsung. Mereka adalah yang mengalami luka ringan, berat, yang kini mengalami cacat fisik. Ada juga yang mengalami persoalan mental.
Rakyan menyatakan mereka adalah korban aksi terorisme bom Bali I, II, Hotel Marriot I dan II, serta bom kedubes Australia 2004. Korban tidak langsung peristiwa ini adalah anak dan kerabat korban langsung.
Pihaknya berharap negara bisa membantu. Mereka membutuhkan bantuan agar mendapatkan dorongan dan perhatian. Negara adalah tempat mereka tinggal dan mengabdi. "Akan sangat disayangkan bila negara tidak melakukan apa - apa terhadap mereka," paparnya.