REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar hidrologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Agus Maryono mengatakan dalam menghadapi perubahan iklim dan el nino saat ini sudah harus dimulai memanfaatkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Saya sudah menghitung kalau setiap atap rumah bisa menampung air hujan pasti masalah kekurangan air teratasi," kata Agus Maryono pada diskusi dalam rangka antisipasi fenomena el nino untuk mencegah bencana ekologi di Jakarta, Kamis (12/6).
Bahkan menurut perhitungan Agus, untuk wilayah Jakarta yang 75 persen merupakan atap karena padatnya pemukiman mampu menampung 600 juta meter kubik air hujan. "Di sini kita perlu memikirkan bagaimana kota mengelola air supaya tidak langsung ke laut. Bahkan di sejumlah negara sudah memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan mereka,"katanya.
Karena itu perlu dikampanyekan kepada masyarakat untuk menampung sisa-sisa air hujan di rumah masing-masing dengan berbagai alat tampung. Begitu juga dengan industri, atap-atap bangunannya bisa digunakan untuk menangkap air hujan dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan industri sendiri.
Dia mengatakan, saat ini sudah harus dimulai kepedulian terhadap masalah air karena memasuki musim kemarau dan perkiraan adanya el nino yang menyebabkan kekeringan. Pengelolaan air harus sudah mulai menerapkan TRAP yaitu Tampung, Resapkan, Alirkan dan Pelihara.
Menurut Agus, sebenarnya masih banyak sumberdaya air yang belum dikelola maksimal seperti mata air di sepanjang sungai, air bawah tanah yang tersebar hampir disebagian besar wilayah Indonesia, dan pemanfaatan PLTA untuk memompa air.
"Sebagian besar PLTA hanya dimanfaatkan untuk pembangkit listrik pada malam hari, siang hari kurang berfungsi di sini bisa dimanfaatkan untuk memompa air," katanya.