Jumat 06 Jun 2014 16:04 WIB

Banyak PSK Kecil Masih SD di Dolly

Rep: C57/ Red: A.Syalaby Ichsan
Massa aksi yang tergabung dalam beberapa elemen masyarakat Surabaya melakukan aksi unjuk rasa di Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (22/5). Ratusan warga tersebut mendukung Walikota Surabaya, Tri Rismaharini menutup lokalisasi Dolly-Jarak.
Foto: antara
Massa aksi yang tergabung dalam beberapa elemen masyarakat Surabaya melakukan aksi unjuk rasa di Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (22/5). Ratusan warga tersebut mendukung Walikota Surabaya, Tri Rismaharini menutup lokalisasi Dolly-Jarak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Asrorun Niam Sholeh menegaskan, penutupan lokalisasi Dolly merupakan langkah maju Wali Kota Surabaya, Tri Rimaharini, untuk melindungi anak-anak di kawasan Dolly.

"Salah satu latar belakang penutupan Dolly ialah banyaknya anak-anak usia SD yang menjadi PSK-PSK kecil akibat terpapar pengaruh buruk lingkungan Dolly," tutur Asrorun saat dihubungi Republika, Jumat (6/6) siang.

Anak-anak usia SD itu menjadi PSK-PSK kecil akibat faktor ekonomi, lingkungan dan budaya Dolly yang sangat buruk dan tidak ramah anak.

Pemerintah berkewajiban mewujudkan lingkungan yang ramah anak. Jadi, penutupan Dolly merupakan langkah maju untuk menghindarkan anak-anak dari  resiko penyakit menular, seperti AIDS dan Rajasinga.

Dihubungi terpisah, Komisioner KPAI, Susanto, memaparkan dampak buruk keberadaan lokalisasi Dolly. Salah satunya, anak-anak di sana akan memandang hubungan haram di luar nikah sebagai peristwa biasa.

"Anak-anak di Kawasan Dolly berpotensi memandang hubungan seks di luar nikah sebagai hal biasa, padahal aktifitas itu tidak sehat dan tercela," tegas Susanto.

Dampak buruk lainnya ialah anak-anak di kawasan Dolly berpotensi terdampk penyakit akibat hubungan di lur nikah. Lalu, anak-anak di sana juga berpotensi terbiasa berpikir di luar kepatutan sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement