REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah belum jelasnya kelanjutan proyek dengan PT Jakarta Monorail (JM), Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama, justru tertarik membangun light rapid transit (LRT). Dia melihat model transporasi kereta ringan ini dipakai di Kuala Lumpur, Malaysia.
"Model LRT ini juga lebih unggul karena naik bisa, turun bisa, nekuk pendek bisa. Jadi bisa digunakan untuk jarak-jarak pendek, karena bukan kayak kereta biasa yang mesti kenceng," kata Ahok di Balaikota, Kamis (5/6/).
Ahok mengungkapkan wacana pembangunan LRT itu setelah dirinya bertemu dengan PT MRT Jakarta, PT Pembangunan Jaya, dan pengelola gedung di Jakarta. Dalam pertemuan tersebut mereka sempat membahas wacana pembangunan jalur monorel di seluruh pusat kota Jakarta.
Dia mengakui para pengelola gedung justru menyarankan agar pembangunan monorel tetap dilanjutkan tetapi ditambah dengan model LRT. Mereka beralasan karena transportasi model tersebut memiliki biaya perawatan yang lebih murah ketimbang monorel.
Keuntungan lainnya, model transportasi LRT dapat menghubungkan perumahan-perumahan mewah dengan pusat perkantoran, pusat perbelanjaan, maupun bandara. Ini bisa membuat para pengguna kendaraan pribadi beralih ke angkutan umum.
"Nanti tarifnya bisa Rp 20 ribu per hari atau bisa langganan per bulannya tentuin aja Rp 500 ribu. Laku kok pasti," ujar Ahok.
Selain menyarankan ide tersebut, para pengelola gedung bahkan sudah menyatakan tertarik untuk mendanai pembangunannya asalkan diberi hak penggunaan udara. "Saya minta PT MRT dan Pembangunan Jaya mulai berhitung. Kita sudah ketemu pihak swasta. Jadi kita kasih mereka hak udara, nanti mereka kasih uang buat pembangunannya," terang Ahok.