REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM --Hasil survei The Fred Hollows Fondation (FHF), yayasan yang dibentuk dari kerja sama Pemerintah Australia dengan Indonesia, menyebutkan kebutaan karena katarak yang diderita masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai 70 persen.
"Itu hasil survei FHF yang disampaikan Pak Iskandar, Manager Program FHF untuk Indonesia," kata Wakil Gubernur NTB H Muh Amin, di Mataram, Rabu (4/6).
Pada Selasa (3/6), Iskandar dan Kordinator Program NTB Dedy Haryadi, mendampingi Koordinator Program FHF untuk Asia Tenggara Barnaby Coddy, menemui Wakil Gubernur NTB, guna menyampaikan program pencegahan dan pengobatan penyakit mata bagi penderita katarak dan gloukoma di NTB.
Pada kesempatan itu Iskandar mengungkapkan hasil survei, pengobatan dan sosialisasi kepada masyarakat NTB terkait penyakit mata seperti katarak dan glaukoma.
Kegiatan itu dilakukan sejak April hingga Mei 2014, di beberapa kabupaten/kota di wilayah NTB, sebagai lokasi pelaksanaan program pencegahan dan pengobatan penyakit mata bagi penderita katarak dan gloukoma.
NTB merupakan lokasi ketiga, setelah sebelumnya dilaksanakan di Sulawesi dan Jawa Barat, dan telah disepakati untuk dilanjutkan pada tahun anggaran 2015.
Dari hasil survei dan pelaksanaan kegiatan itu, diketahui 4,5 persen masyarakat NTB mengalami kebutaan dan setiap tahunnya jumlah itu bertambah, sedangkan kebutaan karena katarak mencapai 70 persen.
"Hasil survei FHF itu cukup mengejutkan, dan tentu harus disikapi secara baik dan terarah," ujar Amin.
Pihak FHF juga mengungkapkan temuan adanya banyak masyarakat yang tidak menyadari betapa pentingnya memeriksa mata terutama bagi penderita katarak yang takut berobat karena biaya tinggi.
Untuk itu, FHF berharap adanya kesadaran masyarakat yang menderita katarak agar mau menjalani operasi, dan hal itu perlu didukung berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah.
"Tentu pemerintah daerah perlu mendorong semua pihak terkait untuk membantu penderita katarak agar mau melakukan operasi dan pengobatan lebih lanjut," ujar Amin.