REPUBLIKA.CO.ID, BALIGE -- Anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara, Syamsudin Manurung menyebutkan sebagai lumbung energi yang memiliki dua pembangkit listrik besar, daerah tersebut justru terkesan krisis dengan seringnya terjadi pemadaman listrik.
"Krisis listrik itu terlihat dengan seringnya pemadaman arus listrik dari PLN pada beberapa wilayah, hingga menimbulkan banyaknya keluhan masyarakat," katanya di Balige, Senin.
Padahal, menurut politisi Partai Hanura itu, ada dua perusahaan besar yang memproduksi energi listrik di daerah tersebut, yakni PLTA Asahan II Inalum di Sigura-gura dan PLTA Asahan I Bajra Daya di Pintupohan.
Bahkan saat ini, lanjut dia, pembangunan PLTA Asahan III di Batumamak sedang dalam proses dan akan dikelola oleh pihak PLN dengan memanfaatkan air Danau Toba melalui sungai Asahan yang berhilir di Kecamatan Porsea.
Menurut Syamsudin, pemadaman bergilir maupun pemadaman yang sering terjadi pada waktu yang cukup lama, tentu terasa aneh.
"Daerah ini mestinya tidak perlu mengalami krisis energi dan pemadaman listrik, dengan keberadaan kedua perusahaan besar yang ada di wilayah Kabupaten Tobasa," ujarnya.
Memang terlihat aneh, sebab sebagai lumbung energi, sangat lucu jika di satu sisi disebut sebagai penghasil energi, namun di sisi lain warga setempat tidak menikmati aliran listrik yang memadai.
Kondisi tersebut, kata Syamsudin harus menjadi perhatian pemerintah bersama pihak PLN agar segera dicarikan solusi untuk mengatasi seringnya pemadaman.
"Seringnya terjadi pemadaman listrik sangat mengganggu aktivitas masyarakat, terutama kegiatan belajar siswa sehingga perlu segera diantisipasi," ujarnya.
Manajer PT PLN (Persero) Rayon Balige, Sianturi menyebutkan, seringnya pemadaman listrik terjadi, disebabkan sistem pembangkit yang mengalami gangguan sehingga daya mampu berkurang.
"Sebenarnya kita menginginkan semua bisa berjalan normal. Namun akibat gangguan pada sistem pembangkit, maka kami berharap masyarakat dapat memaklumi," katanya.