REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kasus pedagangan manusia atau 'human trafficking' di Kabupaten Sukabumi terus bertambah. Dalam rentang Januari hingga awal Juni 2014 ini sudah tercatat sebanyak tujuh kasus yang dilaporkan ke Forum Wanita (Forwa) Sukabumi dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi.
"Hingga awal Juni ada tujuh kasus 'trafficking' dengan delapan korban,’’ ujar Ketua Forwa Sukabumi dan Wakil Ketua P2TP2A Kabupaten Sukabumi kepada wartawan, Senin (2/6).
Para korban ini diantaranya ada yang diperdagangkan ke sejumlah daerah seperti Jakarta dan Batam. Dikatakan Elis, kasus perdagangan orang kebanyakan dikarenakan faktor ekonomi atau kemiskinan. Di mana, banyak wanita yang terbujuk rayuan gaji besar bila bekerja ke luar daerah atau bahkan luar negeri.
Namun, pada kenyataanya mereka dipekerjakan di tempat yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan sebelumnya. Penyebab lainnya lanjut Elis, dikarenakan masalah konsumerisme. Hal ini didasarkan pada hasil penelusuran terhadap latar belakang keluarga korban 'trafficking'.
Di mana, kata Elis, ada korban 'trafficking' yang keluarganya berkecukupan dan tidak mengalami masalah ekonomi. Sehingga alasan untuk bekerja ke luar daerah lebih didasarkan pada iming-iming gaji besar.
Para korban biasanya tertarik dengan tawaran yang menggiurkan tersebut untuk memenuhi kebutuhan gaya hidupnya yang tinggi.
Elis mengungkapkan, para korban trafficking di antaranya ada yang masih pelajar SMP maupun SMA. Ironisnya, kini pelajar sekolah dasar (SD) pun mulai dijadikan target perdagangan manusia.
Untuk mencegah rayuan calo atau sponsor, lanjut Elis, maka P2TP2A menggencarkan sosialisasi ke 47 kecamatan. Targetnya, masyarakat tidak tergiur dengan iming-iming gaji besar untuk bekerja di luar negeri atau luar daerah.