REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Enam tentara Mesir dari penjaga perbatasan tewas ketika mereka dijadikan sasaran oleh para penyelundup dan "penjahat" selama patroli di bagian barat negara itu, kata seorang juru bicara militer Sabtu.
Enam tentara, termasuk seorang perwira, tewas sementara mereka melakukan patroli di daerah gurun barat al-Wahat, kata juru bicara itu dalam satu pernyataan di laman Facebook resminya Sabtu malam.
Pernyataan itu mengatakan, serangan tersebut terjadi dalam menanggapi penangkapan anggota pasukan keamanan baru-baru ini terhadap para penyelundup dan penyitaan senjata, amunisi, mobil serta obat-obatan.
Mesir memiliki perbatasan padang pasir panjang dengan Sudan dan Libya, di mana para ahli mengatakan arus senjata telah meningkat sejak pemberontakan menggulingkan orang kuat Libya Muammar Gaddafi pada tahun 2011.
Sepekan sebelumnya, menjelang pemilihan presiden yang digelar 26 dan 27 Mei, pihak militer dan kepolisian Mesir memperketat keamanan di pintu-pintu perbatasan darat di bagian timur, barat, dan selatan.
"Petugas keamanan dari kepolisian dan militer bersiaga penuh di semua pintu perbatasan darat terutama di bagian barat," kata Menteri Dalam Negeri Muhammad Ibrahim, Sabtu.
Mendagri Ibrahim, yang juga membawahi lembaga kepolisian, merujuk pada perbatasan Mesir dengan Libya yang belakangan ini dikenal sebagai tempat penyelundupan senjata ilegal ke Mesir untuk gerilyawan kelompok garis keras.
Pihak keamanan Mesir hampir tiap hari melaporkan penyitaan senjata ilegal di wilayah Mesir dekat perbatasan dengan Libya yang diduga akan dipasok bagi gerilyawan di Semenanjung Sinai, bagian timur Mesir.
Kawasan Semenanjung Sinai yang berbatasan dengan Israel dan Jalur Gaza Palestina dijuluki sebagai "titik panas pertempuran" antara pihak keamanan Mesir dan gerilyawan garis keras.
Pertempuran di Semenanjung Sinai itu kian membara pasca-pelengseran Presiden Mesir Muhammad Mursi Juli tahun silam.