REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Satelit Modis Terra dan Aqua pada Kamis pagi merekam kemunculan 17 titik panas (hotspot) di daratan Pulau Sumatra yang tersebar di sejumlah wilayah provinsi.
Data hasil pendeteksian satelit ini menunjukkan, titik panas terbanyak berada di Provinsi Riau dengan jumlah delapan titik yang bedada di berbagai kabupaten/kota.
Kemudian di Kepulauan Riau terdeteksi sebanyak lima titik, dan di Lampung ada dua titik panas. Sementara di Provinsi Sumatra Utara dan di Sumatra Selatan masing-masing terdapat satu "hotspot".
Titik panas atau "hotspot" merupakan suhu panas di permukaan bumi yang patut diduga merupakan peristiwa kebakaran hutan dan lahan penyebab polusi asap yang selama ini kerap melanda Riau.
Satelit Modis memiliki tingkat akurasi pendeteksian titik panas dengan tingkat kepercayaan rata-rata di atas 70 persen merupakan kawasan lahan terbakar.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru memprakirakan kemunculan titik panas disebabkan cuaca panas di siang hari dalam beberapa hari terakhir.
"Namun sebenarnya suhu udara masih normal yakni berada di 32 derajat Celsius. Itu situasi panas yang maksimum dalam beberapa hari terakhir," kata Analis BKG Stasiun Pekanbaru, Ahmad Aguas Widodo kepada pers di Pekanbaru.
Ia menjelaskan, untuk kondisi suhu udara pada malam hari memang mengalami peningkatan, namun tidak begitu signifikan.
"Kalau normalnya berada di bawah 26 derajat celsius, tadi malam itu sudaj berada di atas 27 derajat," katanya.