REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden, Boediono menilai organisasi kemasyarakatan seperti Muslimat NU memiliki ruang yang lebih lebar daripada pemerintah untuk menyentuh akar rumput. Ia pun beranggapan NU adalah mitra esensial dan strategis untuk jadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat.
“Dengan kekuatan struktur dan jaringan yang luas serta keaktifan para anggotanya, kehadiran Muslimat NU sangat strategis,” katanya saat membuka Rapat Kerja Nasional dan Musyawarah Kerja Nasional Perangkat Muslim yang diselenggarakan di Asrama Haji Pondok Gede, Rabu (28/5).
Wapres mengatakan sejak dilahirkan di 1946, Muslimat NU telah menyatu dengan langkah perjalanan bangsa dan memberikan berbagai sumbangan nyata, antara lain kontribusi pemikiran yang tak sedikit dalam pembuatan UU Perkawinan di tahun 1970an dan sosialisasi program Keluarga Berencana sepanjang era 1980an.
Selain itu dalam upaya mewujudkan masyarakat yang sehat, Muslimat NU juga telah merintis pendirian Rumah Bersalin, Klinik dan Balai Pengobatan, serta menggalakkan desa siaga dan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi perempuan.
"Pendidikan keagamaan untuk mewujudkan insan religius yang bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlakul karimah dilakukan melalui ribuan majelis taklim yang diasuh oleh para kiai, ustadzah yang kharismatis," katanya.
Di usianya yang ke 68 tahun, kata Wapres, Muslimat NU makin mantap eksistensinya sebagai organisasi layanan masyarakat. Muslimat NU kini telah berkembang di seluruh propinsi, dan mempunyai 554 cabang di tingkat kabupaten/kota, lebih dari 5.200 Anak cabang ditingkat kecamatan, serta lebih dari 36 ribu ranting di tingkat desa atau kelurahan dengan jumlah anggota sekitar 22 juta orang.
Sebagai bagian dari pembangunan yang berkeadilan dan berkesetaraan gender, Wapres mencatat Muslimat NU telah mensosialisasikannya melalui penyampaian ajaran Agama Islam yang mewajibkan untuk memuliakan ibu, melindungi istri dan anak perempuan guna membimbing untuk menuju keluarga sakinah mawaddah dan warrahmah, dan menjadikan mereka sebagai bagian yang penting dalam mengambil keputusan terbaik bagi keluarga.
“Tema membangun Indonesia Yang Bermartabat yang diusung Rakernas Muslimat NU ini sangatlah tepat. Kesejahteraan rakyat termasuk kesejahteraan pekerja perempuan adalah bagian dari tujuan pembangunan kita yang akan mengangkat harkat dan martabat bangsa,” kata Wapres.
Turut mendampingi dalam acara tersebut Ibu Herawati Boediono, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Wakil Menteri Agama Nazaruddin Umar, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj dan Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa.
Rakernas tersebut dihadiri oleh ratusan jajaran Muslimat NU dari kantor pusat, wilayah dan cabang serta para penanggungjawab dan penggiat perangkat Muslimat NU dari seluruh Indonesia.