REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Nelayan di Provinsi Kepulauan Riau rawan terkena derita katarak, karena frekuensi terpapar sinar matahari yang tinggi, kata Manajemen Seksi Penanggulangan Buta Katarak Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia Riko Yuniandri di Batam, Sabtu (24/5).
"Paparan sinar matahari yang tinggi merupakan salah satu pemicu katarak," kata Riko Yuniandri disela-sela operasi katarak mata gratis di Batam, Sabtu.
Katarak merupakan penyakit yang sulit dihindari, karena merupakan proses penuaan tubuh. Namun, untuk meminimalkan atau memperlambat prosesnya, maka masyarakat harus menghindari paparan matahari langsung.
Ia mengatakan Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita katarak tertinggi kedua di ASEAN. Jumlah penderitanya mencapai 1,5 persen total pnduduk, atau sekitar 2 juta jiwa.
Seksi Penanggulangan Buta Katarak Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (SPBK Perdami) menghitung, setiap tahun jumlah warga yang terancam kebutaan akibat katarak bertambah 240.000 jiwa.
"Dan sebagian besar penderita katarak adalah berada di daerah miskin dengan konsidi sosial yang lemah sehingga tidak memungkinkan penderitanya melakukan operasi," kata dia.
Di tempat yang sama, Gubernur Kepulauan Riau Muhammad Sani mengatakan sekitar tiga persen penduduknya menderita katarak, dan sebagian besarnya adalah nelayan. "Paling banyak yang menderita katarak adalah nelayan, karena mereka sering terkena sinar matahari," kata Gubernur.
Karena katarak tidak dapat disembuhkan, pemerintah berharap bantuan dari perusahaan-perusahaan swasta untuk menyalurkan dana tanggung jawab sosialnya kepada penderita katarak agar bisa dioperasi.