Jumat 23 May 2014 15:00 WIB

Status Gunung Slamet Wasih 'Waspada'

Gunung Slamet mengeluarkan asap terlihat dari Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Pemalang, Jateng, Jumat (2/5).
Foto: Antara//Oky Lukmansyah
Gunung Slamet mengeluarkan asap terlihat dari Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Pemalang, Jateng, Jumat (2/5).

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono mengatakan bahwa Gunung Slamet yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Pemalang, Tegal, Brebes, dan Banyumas, Jawa Tengah, masih berstatus "Waspada".

"Gunung Slamet masih 'Waspada'. Mudah-mudahan turun terus ke 'Normal', tapi sekarang masih 'Waspada'," katanya, di Purbalingga, Jumat (23/5).

Surono mengatakan hal itu kepada wartawan usai menghadiri paparan kesiapan penanganan bencana Gunung Slamet di Batalyon Infanteri 406/Candra Kusuma, Purbalingga, yang juga dihadiri Panglima TNI Jenderal Moeldoko.

Menurut dia, hingga saat ini Gunung Slamet tidak menunjukkan aktivitas yang mencolok dan temperatur sumber air panas di sekitarnya tidak naik. "Mudah-mudahan sebentar lagi turun," kata pria yang akrab disapa dengan sebutan Mbah Rono itu.

Disinggung mengenai aktivitas Gunung Merapi, dia mengatakan bahwa hingga saat ini, gunung di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu masih berstatus "Waspada".

Akan tetapi, dia mengakui bahwa aktivitas Gunung Merapi sulit diprediksi. "Sulit Merapi sekarang, dulu juga sulit. Enggak ada alam yang mudah," katanya.

Menurut dia, tidak mungkin tiba-tiba terjadi awan panas yang menggulung di Merapi karena tidak ada akumulasi yang hebat lantaran sisinya terbuka.

"Kalau ada kubah, kemudian kubah bisa gugur, bisa ada awan panas tiba-tiba. Sekarang kan cuma terdengar 'blung', tidak bisa melihat apa-apa karena hanya gas saja," katanya.

Ia mengatakan bahwa hal itu disebabkan tidak adanya sistem penutup yang bisa memberikan cara bagi Merapi mengakumulasi gas yang dilepaskan oleh lava, sehingga tekanannya tidak kuat.

"Itu tidak akan terproduksi menjadi awan panas karena memang tidak banyak dan tidak bertekanan, karena langsung dilepas. Mudah-mudahan seperti itu terus, tapi kalau toh ada kemungkinan besar, potensi yang paling mungkin, Merapi harus membuat kubah," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement