REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Elite Partai Golkar mempertanyakan proses Rapimnas VI yang berlangsung, Ahad (18/5). Karena suasananya yang berjalan begitu kaku dan tidak ada kelenturan di dalamnya.
Wasekjen DPP Partai Golkar, Musfihin Dahlan mengatakan, politik tidak mungkin kaku karena ada proses negosiasi atau tawar menawar. Karena kekakuan itu, maka keputusan yang dikeluarkan konyol.
"Keputusan konyol. Jadinya begini, kalau semua mandat capres dan cawapres diserahkan semua kepada Ical (Aburizal Bakrie)," kata dia, Senin (19/5).
Rapimnas VI Golkar tidak membuahkan keputusan koalisi untuk pilpres 2014. Namun, forum itu malah menyerahkan keputusan koalisi kepada ketua umum Aburizal Bakrie (Ical).
Musfihin melanjutkan, rapimnas menjadi corong sampai di mana profesionalisme Golkar sebagai partai tua. "Di situ politisi di luar partai juga melihat, ketua umum latah kekuasaan," paparnya.
Imbasnya, kata dia, partai lain akan menarik diri dan berhati-hati kepada Golkar. Juga untuk tidak sepenuhnya percaya terhadap kader Golkar. "Siapa saja yang mau berpartner nantinya hitung-hitungan," kata dia.
Musfihin melanjutkan, seorang politikus harus mengutamakan cita-cita dan ideologi partai. Bukannya ingin terus berkuasa. "Kekuassaan di tangan dia atau bukan yang penting satu ideologi," kata dia.