REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Pedagang daging di Kota Bengkulu setiap pekannya mendatangkan puluhan ternak sapi dari Provinsi Lampung guna memenuhi kebutuhan komoditas tersebut.
B Tobing salah satu pedagang daging di Kota Bengkulu, Sabtu mengatakan dalam satu pekan dirinya mendatangkan sekitar 20 ekor hingga 24 ekor sapi dari provinsi ujung selatan Sumatera itu.
Setiap harinya ia mengaku menyembelih minimal tiga ekor sapi yang berasal dari Australia dan telah dibesarkan di Lampung itu.
"Dari tiga ternak yang disembelih itu, satu ekor dijual ke pedagan lainnya yang sudah biasa membeli," katanya.
Peningkatan cukup signifikan, lanjutnya saat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri bisa menyembelih sapi hingga 10 ekor per harinya.
Menyinggung kenapa tidak menggunakan ternak lokal, ia mengatakan pasokan sapi lokal kurang sehingga tidak bisa memenuhi tuntutan permintaan pelanggan.
Sementara pelanggan paling banyak menggunakan daging sapi setiap harinya adalah pedagang bakso serta pengelola katering.
Sedangkan harga daging eceran per kilogramnya berkisar Rp90 ribu hingga Rp95 ribu, baik daging sapi lokal maupun sapi Australia yang sudah dibesarkan di Lampung itu.
Bengkulu tidak bisa menjadi daerah penggemukan sapi karena belum didukung pabrikan dan perkebunan yang bisa menghasilkan pakan.
"Berbeda dengan Lampung yang memiliki pabrik tapioka, kebun nanas, kebun tebu serta lainnya yang limbahnya bisa digunakan untuk pakan ternak," kata Iskandar, salah satu warga Bengkulu yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit.
Karena itu, ia berharap pemerintah setempat membuka peluang munculnya sejumlah perkebunan selain kelapa sawit dan karet serta menarik investor untuk membangun pabrik pakan ternak.
"Lahan di Bengkulu subur. Tinggal bagaimana mengolahnya untuk menaikkan pendapatan bagi daerah," katanya.