Selasa 13 May 2014 12:49 WIB

Ratusan Korban Emon Dapat 'Trauma Healing'

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: A.Syalaby Ichsan
 Seorang anak memegang lilin berdiri disamping foto empat orang yang dihukum dalam kasus pelecehan seksual anak.     (ilustrasi)
Foto: EPA/GUILLERMO LEGARIA
Seorang anak memegang lilin berdiri disamping foto empat orang yang dihukum dalam kasus pelecehan seksual anak. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Tim psikologi Mabes Polri memberikan trauma healing kepada 114 anak dan orang tua korban kekerasan seksual AS alias Emon (24 tahun). Pemberian trauma healing dilakukan di rumah dinas (Rumdin) Wali Kota Sukabumi, Selasa (13/5).

''Sebanyak 26 psikolog diterjunkan untuk memberikan trauma healing,'' ujar Ketua Tim Psikologi Mabes Polri Kombes Amin Supangkat kepada wartawan di luar gerbang rumah dinas Wali Kota Sukabumi. Jumlah anak yang diberikan pendampingan yakni sebanyak 114 anak. Hal ini sesuai dengan data dari Polres Sukabumi Kota.

Menurut Amin, rencananya pemberian trauma healing dilakukan selama satu hari. Meskipun demikian akan dilakukan tindak lanjut selepas pendampingan pada Selasa ini.

Menurut Amin, pemberian trauma healing tidak hanya korban melainkan orangtuanya. Di mana, para orangtua diberikan pelatihan dalam menangani anak yang menjadi korban Emon. 

''Sementara penanganan kepada anak agar bisa lepas dari trauma,'' ujar Amin. Sehingga kondisi kejiwannya bisa kembali pulih seperti biasa. Amin mengungkapkan, ada empat klasifikasi penanganan anak yang jadi korban kekerasan seksual. Namun, empat klasifikasi ini tidak bisa diungkapkan untuk kepentingan pemeriksaan.

Wali Kota Sukabumi Mohamad Muraz mengatakan, pemberian trauma healing ini dilakukan terpusat di rumah dinas wali kota. Hal ini untuk memudahkan proses pendampingan.

Selain tim psikologi Mabes Polri, kata Muraz, pendampingan para korban juga dilakukan tim psikologi dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A). Targetnya, anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual anak dapat segera pulih dari traumanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement