REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur PT Pelni Syahril Japarin mengakui tidak mudah bagi perusahannya bersaing melawan moda transportasi lain, semisal pesawat berbiaya murah. Dia memperkirakan sejak 2013, jumlah penumpang kapal Pelni yang beralih ke pesawat berbiaya murah mencapai 50 persen.
Sebagai gambaran di 2013, pada momentum teramai, yakni saat arus mudik Idul Fitri, jumlah penumpang kapal Pelni menurun menjadi 708 ribu dibanding 815 ribu pada tahun sebelumnya. Di sisi lain, harga Bahan Bakar Minyak yang naik menjadi Rp5.500 dari Rp4.500 pada 2013 menjadi salah satu penyebab yang menaikkan biaya pokok sebesar 85 persen.
"Kita juga 'kena' oleh kebijakan di luar kendali manajemen, seperti BBM yang naik pada tahun lalu," tuturnya.
Ongkos untuk memenuhi kebutuhan BBM mencakup 55 persen dari total biaya pokok kapal Pelni.
Kenaikan nilai tukar mata uang Euro juga sangat membebani perseroan karena berakibat pada mahalnya harga komponen dan pergantian suku cadang kapal.
"2013 karena kenaikan kurs saja, dari pijaman yang berbentuk mata uang asing, kita rugi hingga Rp175 miliar. Kemudian untuk suku cadang 10 miliar," ujarnya, sembari menambahkan biaya pemeliharaan kapal sebesar 11 persen dari total biaya pokok.