Rabu 07 May 2014 15:30 WIB

Belasan Anak Korban Emon Masih Trauma

Kapolda Jabar Irjen Pol M Iriawan tampak berbicara dengan tersangka pencabulan seratusan anak AS alias Emon (24 tahun) di Mapolres Sukabumi Kota, Rabu (7/5).
Foto: Republika/Rega Iman
Kapolda Jabar Irjen Pol M Iriawan tampak berbicara dengan tersangka pencabulan seratusan anak AS alias Emon (24 tahun) di Mapolres Sukabumi Kota, Rabu (7/5).

REPUBLIKA.CO.ID,SUKABUMI--Wakil Wali Kota Sukabumi, Ahmad Fahmi mengatakan belasan anak korban kekerasan seksual Emon, masih mengalami trauma.

"Ada 18 anak yang masih mengalami trauma karena belasan anak itu mengalami kejahatan seksual oleh Emon dengan cara disodomi, untuk korban lainnya kondisi kejiwaannya sudah membaik karena hanya mengalami pelecehan seksual saja seperti dipeluk, dicium dan diraba-raba," kata Fahmi kepada Antara, Rabu.

Menurutnya, ke-18 anak tersebut tingkat traumanya belum adalah yang fatal, walaupun ada beberapa diantaranya mereka mengalami trauma cukup parah seperti mudah terkejut.

Namun, tidak ditemukan ada anak yang mengalami gangguan psikis seperti ketakutan yang mendalam, mengurung diri sampai takut bertemu orang lain.

Anak yang mengalami trauma berat tersebut dikarenakan, beberapa faktor seperti mendapatkan perlakuan tidak senonoh berulang kali oleh Emon seperti disodomi dan mengalami pemaksaan, tetapi mayoritas dari 18 anak itu kondisi kejiwaannya sudah mulai membaik. Maka dari itu, pihaknya terus berupaya agar seluruh korban yang menjadi kejahatan seksual Emon sembuh dari traumanya tersebut.

Lebih lanjut, untuk membantu para korban sembuh dari beban traumatiknya pihaknya juga sudah menurunkan enam psikolog dan psikiater untuk membantu proses penyembuhan kejiwaan mereka. Penyembuhan yang dilakukan oleh pihaknya tersebut akan dilakukan sampai korban benar-benar sembuh. Namun, untuk pemeriksaan fisik, pihaknya belum menemukan adanya anak yang tertular penyakit menular seksual.

"Seluruh anak bebas dari penyakit menular seksual. Untuk penyembuhan kejiwaan mereka kami akan melakukan pengobatan secara bertahap dan 'door to door' karena, untuk menyembuhkan trauma tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama," tambahnya.

Fahmi mengatakan pihaknya juga saat ini masih menunggu rekomendasi dari psikolog dengan tujuan agar dalam memberikan terapi untuk para korban cocok, sehingga penyembuhannya bisa cepat. Di sisi lain, untuk anggaran penyembuhan korban, pihaknya sudah menganggarkan di APBD Kota Sukabumi dan meminta bantuan dari Pemprov Jabar dan Pemerintah Pusat.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement