REPUBLIKA.CO.ID, NUNUKAN -- Ketua Pusat Rehabilitasi Sarang Walet, Fatich Marzuki menyatakan, bagi masyarakat yang melakoni usaha sarang walet ingin meningkatkan produksinya, maka harus mengelolanya secara profesional.
Pengelolaan sarang walet, kata dia di Nunukan, Selasa, perlu memperhatikan, memahami dan mengamati hal-hal yang dapat menghambat produksinya terutama dalam hal masa panen.
Ia menegaskan, masa panen sarang walet yang terbaik adalah 40 hari karena pada masa itu tahapan-tahapannya benar-benar telah sesuai dengan perkembangbiakan burung yang liurnya sangat bermanfaat bagi kesehatan itu.
Apabila pengelolaannya tidak dipahami termasuk hal-hal yang tidak disenangi burung walet, maka dampaknya akan punah dengan sendirinya atau meninggalkan lokasi tersebut.
"Burung walet dapat punah apabila tidak mampu memperhatikan hal-hal penting, termasuk masa panen," ujar Fatich Marzuki yang mengaku telah menjadi petani walet sejak puluhan tahun silam di kampung halamannya di Jawa Timur.
Untuk melestarikan burung walet diperlukan berbagai metode untuk menarik perhatiannya seperti pemasangan sound system dan parfum pada lokasi yang dipersiapkan untuk dijadikan sebagai tempat bersarang.
Fatich Marzuki menerangkan, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dan dipahami untuk meningkatkan produksi sarang burung walet di antaranya sebelumnya menyurvei untuk mengetahui potensinya, kelembaban ruangan atau tempat bersarang 80-90 persen, menyemprotkan aroma pada ruangan tersebut, terdapat suara koloni untuk menarik perhatiannya, pencahayaan yang baik yakni suasananya remang-remang.
Terkait dengan lokasi pelestarian sarang burung walet yang berada di tempat yang alami misalnya hutan dan gua, dia menyatakan, hanya perlu menjaga suasana sekitar lokasi agar jauh dari gangguan orang lain.