REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Hubungan Indonesia dan Australia mulai mencair. PM Australia, Tonny Abbot menghubungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) setelah acara Open Goverment Partnership (OGP) selesai digelar, Selasa (6/5).
Ia meminta maaf dan merasa kecewa tidak bisa ikut hadir dalam acara tingkat Asia-Pasifik tersebut. "Saya merasa kecewa tidak bisa hadir di Bali," katanya lewat sambungan telepon.
Abbot menegaskan, hubungan antara Australia dan Indonesia sangat penting. Karenanya, ia berharap dalam waktu dekat bisa bertemu dengan SBY untuk mempererat hubungan dan mencari peluang kerja sama yang baru.
Menurutnya, Menlu Australia akan menyempatkan untuk datang ke Jakarta pada akhir Mei mendatang. Pada kesempatan itu, ia berharap ada pembicaraan lebih jauh antara Indonesia dan Australia untuk membahas hubungan bilateral kedua negara.
"Rencananya menlu akan singgah di Jakarta pada akhir Mei sebelum kembali ke Australia. Saya harap kita bisa meningkatkan kerja sama," katanya.
SBY pun mengatakan memahami ketidakhadiran Abbot ke Bali karena ada urusan dalam negeri yang harus diselesaikan. Dalam kesempatan itu, SBY mengatakan ada perkembangan dan kemajuan pembahasan code of conduct di antara kedua menlu dalam mengelola sejumlah isu bilateral.
Ia pun menyarankan, agar pertemuan kedua menteri dilakukan sekali lagi. Yaitu untuk memastikan isu yang dibahas bisa disepakati dan mendapatkan solusi. Setelah itu, diharapkan agar code of conduct bisa selesai pada Agustus mendatang. Dengan begitu, hubungan kedua negara bisa segera memasuki babak baru.
"Saya senang menginformasikan bahwa ada progress dari kedua menteri untuk membuat hubungan baru antara Indonesia-Australia lebih baik dan bisa bersama-sama menghadapi tantangan ke depan. Saya menyarankan kedua menteri duduk dan bicara sekali lagi. Setelah itu kita bisa bertemu," katanya.
SBY menyarankan agar pertemuan bisa dilakukan pada Juni mendatang. Waktu tersebut dianggap tepat karena belum memasuki pilpres yang memerlukan perhatian lebih dari pemerintah. Dengan pertemuan itu, ia berharap bisa mencairkan suasana yang sempat tegang yang tercipta setelah dugaan penyadapan Australia terhadap Indonesia.
"Kita bisa membuktikan bahwa kita menikmati persahabatan kita dan berharap bisa mengambil pelajaran dengan kerangka kerja sama yang baru. Saya harap dan percaya hubungan kita bisa lebih kuat dan bisa memberikan keuntungan bagi kedua negara," katanya.
SBY pun mengapresiasi kebijakan pemerintah Australia yang membentuk Pusat Kajian Indonesia-Australia di Melbourne. Ia pun bersedia untuk datang dan ikut serta dalam apresiasi Australia terhadap Indonesia. "Saya dengan senang hati akan datang sebagai bentuk partisipasi," katanya.