REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Awal Mei 2014 ini seluruh wilayah di DI Yogyakarta sudah memasuki musim kemarau. Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta mengirimkan surat edaran ke Dinas Pertanian kabupaten/kota di DIY yang berisi agar petani mewaspadai kemarau tahun ini. Pasalnya kemarau tahun ini akan lebih kering dari tahun lalu karena pengharuh El Nino.
Kasie data dan informasi BMKG Yogyakarta, Tony Agus Wijaya mengatakan, musim kemarau tahun ini akan lebih kering karena akan ada penurunan curah hujan hingga 15 persen dibanding curah hujan musim kemarau normal. "Musim kemarau tetap ada curah hujan meski sedikit, dan tahun ini curah hujan itu akan berkurang lagi karena pengaruh el Nino," katanya, Selasa (6/5).
Menurutnya, el nino merupakan fenomena cuaca secara global yang berpengaruh pada kondisi cuaca global juga termasuk Indonesia. El nino merupakan perubahan cuaca akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasific yang berpengaruh pada berkurangnya uap air di wilayah lain di sekitarnya. Hal ini akan berpengaruh pada berkurangnya curah hujan secara signifikan.
Karena kondisi ini pihaknya telah berkirim surat ke kabupaten/kota di DIY agar petani mewaspadai hal ini. "Petani bisa memilih bibit tanaman yang lebih tahan terhadap pasokan air yang sedikit sehingga masa tanam tidak terganggu," katanya.
Meski lebih kering, namun curah hujan kata dia, masih berpotensi terjadi di kemarau kali ini. Curah hujan akan terjadi pada sore atau malam hari dengan intensitas ringan hingga sedang. Karena berkurangnya curah hujan dan uap air maka pada siang hari suhu udara di Yogyakarta menyengat. Suhu udara siang pada Mei ini mencapai 33 derajat celcius dan malam hari 24 derajat celcius.
Meski kemarau kering, namun musim kali ini akan berjalan normal. Musim kemarau di DIY akan berlangsung hingga Oktober 2014. Puncak musim kemarau di DIY akan terjadi pada Agustus mendatang.