Ahad 04 May 2014 16:03 WIB

'Potensi Bencana di Sleman Tak Hanya Erupsi Merapi'

Rep: Nur Aini/ Red: Fernan Rahadi
Asap sulfatara keluar dari Gunung Merapi saat difoto dari Sabana 1 Gunung Merbabu, Boyolali, Jawa Tengah, Ahad (27/4).
Foto: Antara/Teresia May
Asap sulfatara keluar dari Gunung Merapi saat difoto dari Sabana 1 Gunung Merbabu, Boyolali, Jawa Tengah, Ahad (27/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Peningkatan aktivitas Gunung Merapi dalam beberapa hari terakhir diminta tidak membuat masyarakat lengah. Potensi bencana di Sleman tidak hanya erupsi Gunung Merapi tetapi juga puting beliung.

"Saat ini kondisi pancaroba, masih ada potensi puting beliung dan ancaman lain. Jangan terlalu fokus ke Merapi," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Julisetiono Dwi Wasito, Ahad (4/5).

Saat pancaroba, hujan lebat disertai angin kencang diprediksi sering terjadi. Puting beliung dinilai mengancam seluruh wilayah Sleman. Pengurangan risiko bencana dapat dilakukan warga dengan memotong dahan pohon yang rindang dan tua.

Selain puting beliung, bencana tanah longsor masih mengancam warga Sleman terutama yang tinggal di sekitar tebing. Kecamatan Prambanan di wilayah Watukangsi dinilai merupakan kawasan rawan longsor. Julisetiono mengaku sudah memetakan wilayah rawan longsor bersama relawan untuk mengantisipasi bencana.

Untuk memudahkan komunikasi, BPBD akan meluncurkan sms gateway. Informasi bencana akan langsung disampaikan kepada masyarakat dan pihak yang berkepentingan. Sistem komunikasi tersebut juga diharapkan meminimalisasi penyebaran informasi tanpa sumber yang jelas.

Khusus untuk bencana erupsi Merapi, BPBD telah membuat skenario evakuasi warga. Sebanyak 13 ribu warga di kawasan rawan bencana tiga kecamatan yakni Turi, Pakem, dan Cangkringan akan dievakuasi ke 35 titik pengungsian. Lokasi pengungsian tersebut dinilai kurang mencukupi sehingga akan ditambah dengan sejumlah tenda.

Sementara itu, Bupati Sleman, Sri Purnomo mengatakan warga di kawasan rawan bencana Merapi harus meningkatkan level kewaspadaan hingga siaga, meskipun status Merapi masih waspada. Dengan kondisi Merapi yang aktivitasnya meningkat, warga di KRB III Merapi diminta kembali berpikir ulang untuk pindah. 

"Sejak dulu saya minta untuk mereka yang belum mau berpindah ke daerah aman, saya minta berpikir ulang. Ketika mereka belum bisa pindah, mereka harus siap untuk menghadapi hal-hal yang mendadak," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement