REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Subandriyo, menyatakan Gunung Merapi masih sering mengeluarkan suara dentuman akibat pelepasan gas.
"Secara visual dentuman itu masih sering terjadi, tercatat 24 kali dentuman, sedangkan kemarin hanya 18 kali. Artinya frekuensinya masih meningkat," kata Subandriyo saat melakukan pemantauan di Pos Babadan Kabupaten Magelang, Jateng, Kamis.
Ia mengatakan barang kali di dalam tubuh Merapi tekanan gasnya masih tinggi. Itulah yang menyebabkan suara-suara dentuman sampai saat ini masih terjadi.
"Sampai saat ini masih sering terjadi dentuman, sebagaimana saya jelaskan sebelumnya bahwa terjadinya letusan minor atau hembusan pascaerupsi 2010 yang berperan penting adalah faktor tingginya pelepasan gas," katanya.
Menurut dia, dentuman itu berkaitan dengan proses turbulensi gas di dalam pipa kepundan Merapi yang sangat dalam, lebih dari tiga kilometer. Dalam tekanan tinggi terjadi turbulensi dan ada benturan material padat di dalamnya.
"Jadi, reruntuhan dinding di kanan kiri gas berproses sehingga menimbulkan suara dentuman yang terus-menerus sampai sekarang," katanya.