REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang berada di Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami peningkatan sehingga statusnya dinaikkan dari normal menjadi waspada.
"Selain Gunung Slamet, Gunung Merapi juga mengalami peningkatan aktivitas," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Rabu.
Dia menjelaskan, sejak 20 hingga 29 April 2014 terlihat adanya peningkatan pada Gunung Merapi. "Tercatat 37 kali gempa guguran, 13 kali gempa multi phase, empat kali hembusan, 24 kali gempa tektonik dan 29 kali gempa frekuensi ringan yang mengindikasikan meningkatnya fluida gas vulkanik yang berpotensi menimbulkan letusan," katanya.
Dia menambahkan, secara visual dilaporkan suara dentuman berulangkali hingga radius delapan kilometer. Bunyi dentuman tersebut akibat puncak gunung yang tidak tertutup kubah lava. "Jika ada fluida berupa gas, uap, magma dan lain yang mengalir naik ke permukaan maka langsung terlepas dengan tiba-tiba sehingga menimbulkan gelombang kejut di udara yang menyebabkan bunyi dentuman tersebut," katanya.
Dengan adanya status waspada, tambah dia, pemerintah merekomendasikan larangan bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan pendakian Gunung Merapi kecuali untuk penyelidikan dan penelitian untuk mitigasi bencana.
Meski demikian, dia meminta masyarakat tidak panik dan tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat. "Masyarakat diminta tetap tenang dan tetap waspada," katanya.
Hingga saat ini, tambah dia, belum ada rekomendasi untuk mengungsi. "Belum perlu mengungsi namun masyarakat harus aktif mengikuti perkembangan yang dikeluarkan oleh petugas resmi terkait peningkatan aktivitas Gunung Merapi," katanya.