REPUBLIKA.CO.ID, CIBINONG -- Penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) menjadi keharusan mengingat pasar yang ditopang oleh iptek semakin menjadi tuntutan di dunia.
"Penggunaan iptek jadi tuntutan. (Permintaan) pasar dunia sekarang ini semakin spesifik, produk harus ditopang iptek," kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim usai membuka acara Diseminasi Hasil Teknologi Tepat Guna LIPI di Pusat Penelitian Biologi LIPI Kompleks Cibinong Science Center, Cibinong, Jawa Barat, Rabu.
Sejauh ini, ia mengatakan perekonomian Indonesia masih ditopang oleh sumber daya alam. Pemanfaatan iptek untuk memberikan nilai tambah masih sangat kurang.
Industri di Tanah Air pun masih sebatas perakitan, belum bergerak ke arah industri mendasar. Hal tersebut, menurut dia, belum mencerminkan optimisme Indonesia.
"Kebijakan yang didasarkan fakta 'scientific' menjadi ciri di masa depan, pertimbangan berdasarkan ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan. Karena itu pemimpin periode mendatang harus punya terobosan untuk pengembangan iptek," ujar dia.
Berkaca pada Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan India yang menempatkan iptek sebagai penopang pertumbuhan ekonomi dengan berkomitmen meningkatkan dana riset, menurut dia, dapat menjadi pelajaran bagi Indonesia. "India mengeluarkan dana untuk belanja riset 1,2 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto), di 2020 mereka targetkan meningkat jadi dua persen. Kita belum ada rencana seperti itu, (pemikiran) Presiden kita belum ke sana," ujar dia.
Lukman mengatakan Pemerintah RRT sejak 1985 telah berkomitmen menaikkan dana penelitian 20 persen per tahun. Dalam 20 tahun dapat dilihat Iptek Tiongkok berkembang pesat menjadi penopang perekonomian mereka.
"Dana penelitian mereka pun sudah mencapai dua persen dari PDB, hasil risetnya pun mengalahkan Jepang. Riset Tiongkok menjadi terbesar kedua di dunia saat ini," lanjutnya.
Sedangkan posisi Indonesia berada di bagian bawah level tiga di bawah Thailand. Singapura masuk posisi 10 besar dunia dalam belanja riset, sedangkan Malaysia telah masuk urutan 30--40 besar dunia. "Dana riset Indonesia masih jauh di bawah, 0,08 persen dari belanja PDB. Paling tidak harus bisa ditingkatkan hingga satu persen," ujar Lukman.