REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) mengeluhkan masih buruknya pelayanan dan fasilitas di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali.
"Bali sebagai tujuan wisata internasional seharusnya memiliki kualitas bandara yang sejajar dengan bandara di negara lain seperti Singapura, Malaysia, dan Bangkok," kata Ketua Asita Bali Ketut Ardana saat menjadi pembicara pada diskusi pariwisata di Denpasar, Selasa (22/4).
Menurut dia, wisatawan yang mengunjungi Ngurah Rai juga kerap mengeluhkan masih buruknya pelayanan di bandara itu kepada Asita Bali. Selain memang berdasarkan pengalaman langsung anggota sendiri yang memanfaatkan pelayanan di bandara tersebut.
"Ambillah contoh untuk pelayanan keimigrasian, antreannya seringkali masih panjang. Seharusnya konter yang disediakan lebih banyak sehingga bisa lebih cepat melayani penumpang. Demikian juga dengan petugas keamanan, kami harapkan mereka lebih ramah kepada penumpang," ucapnya.
Ardana juga melihat di bandara tersebut terlalu banyak pengumuman yang disampaikan lewat pengeras suara sehingga menimbulkan kesan berisik. Jika berkaca pada bandara internasional di daerah lain, mereka lebih condong menggunakan tulisan-tulisan berjalan (running text).
"Kebersihan toilet dan taman di Ngurah Rai juga perlu ditingkatkan serta sopir taksi agar lebih ditertibkan. Banyaknya sopir yang berkeliaran sangat mengganggu kenyamanan wisatawan. Semestinya di bandara cukup ada konter taksi yang jelas saja dan biarkan penumpang memilih sendiri tanpa harus dikejar-kejar," katanya.
Yang tidak kalah meresahkan, lanjut Ardana, banyaknya brosur biro perjalanan wisata ilegal yang dipajang di areal bandara. Hal ini dikhawatirkan akan menurunkan citra pariwisata Bali.
"Kami juga menyayangkan kurangnya sosialisasi terkait kenaikan pajak bandara mulai 1 April lalu. Kami tidak mempersoalkan kenaikannya, namun mestinya sosialisasi lebih awal ataupun kenaikan tersebut sudah dimasukkan dalam harga tiket pesawat," ujar Ardana.
Sementara itu Co-General Manager Angkasa Pura I Gusti Ngurah Ardita berjanji untuk terus melakukan pembenahan dan pembinaan. Dia membutuhkan perubahan sikap dan layanan petugas.
Menurut dia, beberapa permasalahan yang timbul juga disebabkan karena renovasi bandara belum sepenuhnya selesai, terutama untuk terminal domestik.
"Kami selalu berusaha untuk memberikan kenyamanan dengan tetap memperhatikan standar keamanan yang ditentukan oleh Kementerian Perhubungan," ucapnya.
Terkait brosur-brosur agen perjalanan wisata ilegal, Ardita mengharapkan kerja sama dari Asita Bali agar diberikan daftar nama agen legal untuk membantu penertiban.